Monday 6 June 2011

Belajar Romantis Dari Rasulullah :)

(Catatan Khusus) : Belajar Romantis Dari Rasulullah :)

oleh Awy' Ameer Qolawun-Full pada 06 Juni 2011 jam 8:47

Sebelumnya, catatan ini bagiku pribadi adalah masih sekedar nadhoriyyah (teorema) dan tachlil (analisa) saja, belum sampai pada ranah tathbiq (praktek).

Akan tetapi karena dorongan Tautsiq li amanatil ilm (pesan amanah ilmu), maka tetap harus aku sampaikan, siapa tahu sangat bermanfaat buat sahabat-sahabatku sekalian yang telah berumah tangga, atau yang hendak berumah tangga, sebagai sebuah pelajaran, sekaligus juga sebagai sebuah panjatan doa, semoga aku kelak bisa seperti itu, insyaallah, Amin Ya Rabbal Alamin.

Dalam berumah tangga, salah satu kunci utama untuk bisa terus berjalan harmonis, seimbang, dan sakinah (penuh ketenangan), maka syarat utama adalah tentu saja adanya sikap saling timbal balik antar suami istri dalam mawaddah (kasih sayang), dan unsur yang sangat dibutuhkan dalam kasih sayang, adalah adanya romantisme yang terjalin dari sepasang suami istri, untuk mengayuh biduk rumah tangganya dengan penuh kebahagiaan.

Boleh dikata, romantis adalah segalanya, dan ternyata hal ini paling dituntut dari pihak laki-laki. Ringkasnya, pemegang kendali permainan Romantis, paling dominan dipegang oleh laki- laki.

Catatan, dari sekian pengalaman pribadiku juga melalui beberapa percakapan, rata-rata wanita menyukai pria yang romantis, dan sangat berharap pasangannya (terutama suaminya) bisa romantis. Hanya saja, wanita ternyata lebih suka memperoleh romantisme itu tanpa harus memintanya dengan kata-kata (memilih diam). Oleh karena itu, dalam hal ini (keromantisan) lelaki dituntut peka.

Berani aku bilang, pria yang tidak peka jika istrinya "mengharapkannya" bersikap romantis, adalah pria yang berhati beku. Oke, mungkin dia bisa memberi apapun, uang, anak dan sebagainya, akan tetapi secara fitrah, wanita lebih suka diberi sikap yang romantis, meski mungkin lelakinya kurang secara materi dan finansial, bahkan fisik.

Singkatnya, pria romantis adalah pria idaman wanita.

Ah, gemulai banget, nggak jantan sama sekali, mungkin sebagian pria berpikir seperti itu, tetapi aku berani bilang, bahwa pria yang berpikir seperti ini, adalah pria yang perasaannya tidak lembut dan kurang peka.

Sebab ternyata Rasulullah, adalah sosok agung yang ternyata sangat romantis terhadap istri-istrinya. Nah kan?

So, belajarlah romantisme dari Rasulullah, beliau lah qudwah (panutan) kita dalam segala hal. Bahkan beliau sangat menganjurkan seluruh ummatnya yang laki-laki untuk bersikap romantis pada istrinya, bersikap bijak, tidak sekalipun menggunakan kekerasan fisik dalam segala keadaan. Perintah yang disampaikan langsung baik melalui kata-kata dan perilaku beliau sendiri.

Perhatikan dalam sejarah hidup beliau, tidak sekalipun beliau pernah memukul istrinya, sedikitpun. Tak ada data sejarah yang menyatakan bahwa Rasulullah pernah memukul istrinya, meski terjadi prahara dalam rumah tangganya.

Maka, tidak heran jika dalam sebuah artikel, salah satu penulis wanita terkemuka di Saudi Arabia, Halimah Mudhaffar mempertanyakan soal surat annisa' ayat 34, apakah kata "wadhribuhunna" disitu diartikan dengan makna hakikinya, yaitu memukul? Atau adakah arti yang lain? Sebab Rasulullah ternyata sama sekali tidak pernah memukul istrinya.

Oke, kembali pada topik, mungkin di antara kita ada yang protes, tidak terima, mana bukti Nabi romantis?

Sangat banyak sekali, terutama momen-momen yang terekam dengan Bunda Aisyah. Semisal ketika bunda minum, Rasul lalu mengambil gelas bunda dan minum dari bibir gelas tempat bunda minum tadi.

Beliau juga menciumnya mesra, saat beliau berpuasa. Atau ketika beliau mengajak bunda untuk menonton anak-anak Abbesinia yang sedang bermain di masjid, dengan manja bunda meletakkan dagunya di pundak Rasul dan Rasul membiarkannya.

Terkadang keduanya bercanda saling balap cepat saat berjalan, sesekali Nabi yang menang, dan sesekali bunda yang menang.

Atau jika bunda Aisyah ingin sesuatu yang tentu saja tidak terlarang, Rasul segera menuruti keinginannya. Sampai terkadang Rasul menyuruh beberapa gadis anshar untuk menemani bunda bermain.

Pernah dalam suatu pagi, saat bunda sakit, dengan romantis Rasul bertanya, bagaimana keadaanmu sayang?

Begitupula dengan istrinya-istrinya yang lain. Sebuah momentum sangat indah, sebagaimana yang sering kita lihat atau kita dengar dalam adegan-adegan antara seorang putri dengan pangeran, ternyata Rasulullah juga melakukannya.

Saat Bunda Shafiyyah, hendak beliau naikkan ke sekedup di ontanya, dengan sigap dan penuh sikap romantis Rasulullah segera duduk dengan mengangkat salah satu pahanya untuk diinjak oleh bunda shafiyyah agar mudah naik ke atas onta tadi. Laiknya seorang pangeran yang menaikkan tuan putri pada kudanya, atau membukakan pintu mobilnya.

Aih, indah bukan buatan kan kawan?

Lebih dari itu, beliau sangat perhatian dengan seluruh istrinya. Setiap usai sholat ashar, beliau mengunjungi istri-istrinya satu persatu, sejenak berbincang dengan mereka, sebelum berhenti di kediaman Istri yang menjadi giliran tempat menginap beliau malam itu.

Rasul pun bergilir mengajak salah satu istrinya untuk menemaninya saat sedang bepergian, dengan cara mengundi mereka agar menyertainya.

Jangan dikira istri-istri beliau tidak pernah ngambek, dalam rumah tangga hal itu pasti terjadi. Nah bagaimana Rasul bersikap? Bahkan Rasul pun pernah dicuekin sehari semalam oleh salah satu istrinya karena sesuatu hal.

Bahkan ada salah satu istrinya yang mendorong dada beliau saat marah, sampai sang istri tadi dibentak ibunya, tapi bagaimana komentar beliau? "Biarkan, tidak apa-apa, ini sudah biasa kok".

Pernah juga terjadi cekcok antara beliau dengan Bunda Aisyah sampai sang ayah, Abu Bakar, menengah-nengahi keduanya, dan saking sebelnya, bunda Aisyah sampai bilang, "kamu tuh yang ngaku-ngaku jadi Nabi itu ya?", dan Rasul hanya menanggapinya dengan tersenyum lebar.

Tak sekalipun beliau menggunakan kata-kata kasar pada para istrinya, para Ummul Mukminin, meski sedang marah. Paling parah adalah pernah saat beliau mendiamkan mereka sekitar satu bulan gara-gara disindir tajam oleh sebagian istrinya dan Rasul memilih menyendiri menenangkan diri untuk sementara waktu.

Cukup banyak sekali dan begitu indah bukan apa yang beliau contohkan? Sosok yang benar-benar sangat romantis sekali, sosok percontohan untuk membina usroh (keluarga) yang sakinah dengan suasana penuh mawaddah dan rahmah.

Pada akhirnya, romantis itu bisa dipelajari, dan harus diingat juga bahwa romantis muncul dari rasa kasih sayang dari hati terdalam. Romantis sangat berbeda sekali dengan penggombalan (meski secara tampilan muka, hampir sama, makanya banyak wanita tidak bisa membedakan), karena gombal identik sekali dengan pembohongan dan memang berangkat dari situ.

Akhir Catatan, laki-laki romantis, rata-rata adalah laki-laki yang sangat menikmati ketenangan bersikap dalam dirinya, tidak mudah panik serta biasanya begitu care dengan hal sekecil apapun. Dan bagi wanita sendiri, keberuntungan hidup luar dalam baginya saat dia memperoleh pasangan yang romantis. Wallahu a'lam. (*)

1 comment:

Anonymous said...

subhanalloh...terima kasih informasinya.
http://kafebuku.com/muhammad-saw-nabi-cinta/