Monday 6 June 2011

surat untuk sang adam

Tuesday, May 31, 2011
Tetap dalam penantian ataukah???
Dia yang selalu diam, dan spertinya tak pernah sedikitpun menahami perasaan yang bergejolak di hati ini. Dia yang tlah lama ku knela, dia yang tiba-tiba dating di senja di bulan syawal di tahun lalu.
Dia yang berinisial nama M, G, dan A. dia yang terbaca batinku adalah sosok lelaki sempurna yang pernah ku temui. Dia, dia dan dia yang telah menggores luka indah di kalbu dan hatiku.
Dia yang selalu saja tak pernah tahu sedalam apa sayang dan kasihku padanya. Dia yang selalu menuntutku menjadi sempurna sepertinya. Dia yang tak mau sedikitpun mengerti derita fisik dan batin yang ku rasakan ini. Namun Dia yang kini lebih memilih kehidupan barunya di pulau tetangga.
Dia, haruskah aku masih berharap ada sebuah keajaiban dia akan menjadi imamku di masa depan? Masihkah aku dalam harapanku kelak dia akan membalas semua saying dan kasihku?
Apakah harus aku setia pada hatiku ini yang masih saja mengharapkan dia sebagai sosok yang menjadi belahan jiwaku yang akan membimbingku menggapai RidhoNYA?
Aku akui, aku sangat menyayangimu dan mengharapkan kaupun memiliki rasa yang sama. Aku yang sangat menginginkanmu menjadi imam dalam kehidupanku.
Aku harus apa wahai sang adam?
Katakanlah? Apakah benar hatimu tlah termiliki seorang hawa di sana?
Katakanlah wahai cinta??
Bukan mauku untuk membawamu menjauhi diriNYA jika ku ingin memilikimu, namun justru aku ingin kau yang membawaku semakin dekat padaNYA.
Wahai sang adam, katakanlah aku harus bagaimana menahan hasrat yang ada di hatiku yang tlah ternoda virus cinta dan kasih ini.
Wahai sang adam, kini aku tlah menginjak pada fase kedewasaan. Dan aku ini adalah manusia biasa yang memang tlah terkaruniai sifat kemanusiaan. Salahkan aku jika aku ingin menjadi wanita seutuhnya melalui jalan yang halal yaitu jalan sebuah pernikahan yang suci??
Wahai sang adam, salahkan jika terbesit dalam relung jiwaku untuk segera menyempurnakan setengah imanku dengan melaksanakan sunnah Rasul yaitu dengan menikah?
Wahai sang adam, kenapa kau masih terdiam?? Apakah karena status keluargamu yang menginginkan menantu seorang putri terhormat keturunan priyayi dari seorang yang berstatus kyai??
Wahai sang adam, benar memang statusku tak sebanding dengan status keluargamu, karena memang aku hanya seorang anak Yatim yang hidup dalam keterbatasan.
Wahai sang adam, maafkan aku jika tulisan hatiku ini melukai hatimu, namun ini adalah isi hatiku yang mulai menggerogoti sebagian jiwaku.
Wahai sang adam, bilang saja jika memang kau tak mau di nanti.
Wahai sang adam, jujur akupun di sini tlah berusaha sangat keras untuk melepaskan dan menghapus dirimu di hati dan jiwaku. Namun, jujur pula ku katakan aku belum dan masih tak rela kau termiliki hati yang lain.
Wahai sang adam, masihkah harus aku dalam penantian kasihmu?? Ataukah aku harus merelakan diriku termiliki oleh ada yang lain??
Wahai sang adam, aku mohon kali ini kau tak hanya diam membaca coretan dari hatiku ini. Ku mohon sampaikan satu kepastian agar ku tak makin terluka.
Wahai sang adam, sampaikanlah walau sangat menyakitkan buat aku.
Ku mohon, katakanlah…

No comments: