Tuesday 23 August 2011

Hawa's Heart - Penantian hati


Hawa termenung memandangi tiap hamparan sawah hijau yang di tampilkan oleh jendela kereta api yang sedang di tumpanginya menuju ke kota Tulung Agung. Dengan gerakan jemari lentiknya dia menyapu butiran airmata yang menggenangi pipi dan yang tlah merembes ke jilbab yang di kenakannya, masigh terngiang jelas percakapan yang terjadi dengan dia dan kekasihnya beberapa hari yang lalu yang sempat membuat Hawa sakit dan harus mendapatkan perawatan di rumah.


“aku bosan dengan sikap kamu yang menurutku terlalu ‘garing’ dan ‘enggak’ asyik banget di ajak hang out atau ngumpul dengan teman-temanku lainnya. Kita putus saja!!!”

Mendengar Hawa sakit, kawan-kawan Hawa berencana menculik Hawa dari rumahnya yang menurut mereka suasana rumah akan membuat kesehatan Hawa tak membaik dan akhirnya mereka memutuskan ‘beneran’ menculik Hawa untuk berlibur ke rumah salah satu kawan karibnya di Tulung Agung.

“hai Hawa, kok melamun aja?? Ayo dong ketawa kita kan ngajak kamu liburan buat melupakan semua beban” seru ana yang membuyarkan lamunan Hawa. “ihh, iya-iya… ayoooo kita nikmati liburan ini!!! Badai pasti berlalu!!!” seru dinda sambil menelan cemilan yang di sodorkan Ana.

Setelah beberapa hari menghabiskan liburan di kota Tulung Agung, Hawa dan kawan-kawan kembali ke rumah masing-masing. Sesampai di rumah Hawa langsung disambut sang bunda yang terus-terusan mengkhawatirkan keadaan anak gadisnya, Hawa yang langsung masuk ke kamarnya langsung di berondong dengan berbagai pertanyaan dari sang bunda.

“bagaimana liburannya??” Seru kan? Kamu sudah tidak sedih lagi kan??” Apa kamu di sana bertemu pria baru?? apa sudah dapat pengganti mantanmu itu??”

“huuuaaaaa!!! Hawa capek bunda!!!!!!! Teriak Hawa manja dan akhirnya dia  menarik selimut tebalnya dan berusaha ‘kabur’ ke dunia mimpi. Sorry bunda, I’m not ready for that.

Selang satu setengah tahun berlalu, Hawa tetap terlena dengan kesendiriannya dan tetap setia dengan status ‘jomblowati’nya meskipun dengan setia pula sang bunda bersikukuh memberondong pertanyaan ‘keramat’nya “kapan kamu bisa membuka hatimu untuk orang lain nak?”

Dalam lubuk hati yang terdalam Hawa, iapun mulai merasakan kehampaan itu. Ya, kapan ya aku benar-benar bisa membuka hati?? Tapi akupun kan masih ‘agak’ takut tuk percaya dengan yang namanya makhluk adam. Hawa sambil mensign in ke akun YMnya plus ke akun  ‘karib’nya www.facebook.com

Hatinya sedikit terhibur dengan melimpah ruahnya sahabat dan teman-temannya di dunia ‘baru’nya, di dunia maya dia bebas berteman dan berpendapat tentunya mengekspresikan isi plus kegundahan hatinya. Lewat dunianya itupun ajakan untuk berpacaran bahkan peminangan mulai di terima Hawa dari berbagai kalangan, mulai dari teman kampusnya, saudara bahkan pria-pria dari dalam dan luar kota. Hehe, namun tak satupun yang mampu menggoyahkan hati Hawa.

“aku boleh mampir ke rumahmu?” Tanya salah satu teman Aisyah di dunia maya. “hemm. Boleh! Silahkan saja!”

Pria itu kini duduk di hadapan Hawa, Hawa dan sang pria yang di ketahui bernama Adam itu masing-masing termangu dan keep in silent. Padahal dalam dunia yang tak nyata alias dunia maya mereka saling akrab dan saling berbagi. Hampir setiap hari mereka ngobrol di YM maupun saling mengomentari status dan catatan berserta foto di akun FB masing-masing. Dan boleh di kata, Hawa menemukan sosok yang benar-benar berbeda yang mampu tertangkap batinnya akan sosok seorang Adam. Akankan benar ini yang ternanti hatinya?? Sosok yang Agamis banget di mata Hawa.

“ahhh, gimana sih ini kok diam-diaman? Ayo dimakan aja kuenya!!” seru Hawa meluluhkan Susana beku yang tercipta di senja di bulan syawal itu.

“hehe, iya. Ehmm, aku mau kue itu dong! Aku nyari kue itu dimana-mana kok ndak ada” jawab Adam sambil menunjukkan toples kue yang berada tepat di depan Hawa. Keu yang bernama rengginang itupun di sodorkan ke tangan Adam.

“ini bikinan nenekku lho, ya memang sih jarang di jual di warung, hehehe”

Pertemuan pertama itu mencetak benih-benih alias virus berwarna pink di hati Hawa yang mengembang perlahan dan mulai menodai pertemanan mereka. Sebagai seorang wanita yang tingkat ke’jaim’an di atas rata-rata, Hawa hanya mampu mengutarakan semua hasrat dan isi hatinya lewat tulisan yang dimuatnya di catatan FBnya dengan format sebagai cerbung-si (cerita bersambung berpuisi) yang akhirnya secara tidak langsung pernyataan cinta itu bertubi-tubi mengusik hati masing-masing anak adam itu

“kamu jangan ganggu Adam lagi ya?? Dia sudah punya tunangan” Hawa tersentak menerima sms dari no HP Adam.

“Siapa ini?” batin Hawa. Setelah sekian lama Hawa terhipnotis dan beragumen negative dengan percakapan sahabat Adam yang membalas pesan dari HP Adam akhirnya membuat hati Hawa tan menentu hingga pada suatu hari Hawa memberanikan diri untuk menemui Adam.

“ada apa?” tanya Adam sambil menyeruput kopi hangat yang ada di depannya.

“aku mau mengkonfirmasi semuanya ke kamu, benarkah semua ucapan semua teman-teman kamu kalau kamu merasa sangat terganggu dengan semua kisah yang aku tulis di FB tentang kita?”

“kenapa kamu berkata seperti itu, aku biasa saja. Toh kamu juga tak menuliskan nama asli kan?? Tenang saja, tanggapi dengan pikiran positif saja” jawab Adam dengan nada datar namun tegas. Sedangkan Hawa tak henti-hentinya memainkan minuman dingin ada dihadapannya untuk mengurangi tiap gejolak perasaan yang ada di hatinya.

“adakah pertanyaan lain?” tanya Adam sambil terus menatap layar TV di hadapannya. “sebentar lagi jam istirahat kantor berakhir”

Hawa terdiam, namun seolah tahu isi hati Hawa, Adam melontarkan kata-kata yang memang tlah hampir 2 tahun sejak meronanya virus pink itu menjangkiti hati beku Hawa,

“kalau tentang masalah perasaan….” Tiba-tiba suara Adam terhenti. Hawa hanya termangu menanti perkataan berikutnya yang akan keluar dari mulut sosok pria pujaannya yang tengah terdiam pula menatap hampa ke layer TV yang ada di hadapannya. “maaf ya, harus mulai kerja lagi”

Hawa dan Adam beranjak keluar dari warung yang berada tepat di sebelah kantor Adam. Hawa tak mampu lagi menatap serta berbicara, hatinya begitu kacau. Akhirnya Hawa melangkah menuju halte bus terdekat namun langkahnya terhenti ketika terdengar suara laki-laki di belakangnya.

“biarkan Allah saja yang menentukan Takdir kita”

Hawa tak bergerak dari tempatnya berdiri. Sekian menit Hawa termangu dan mematung di tempatnya berdiri hingga sebuah bus berhenti di depannya dan akhirnya Hawa memasuki bus tersebut tanpa menoleh ke belakang.

Mungkin, memang Tuhan yang punya kuasa untuk mencairkan beku hatimu. Hawa sambil menghapus lelehan airmata yang mengaliri wajahnya.

Beberapa minggu kemudian Hawa menerima kabar dari Adam bahwa saat ini dia sudah tidak berada di pulau Jawa lagi, dalam hati Hawa membenarkan ucapan terakhir dari pria pujaan hatinya itu, benar, kini biarkan Allah saja yang menentukan takdir kita.


1 comment: