Sunday 11 June 2017

Weekend Nano-nano

Lets Go!! :)

Beberapa Menit selepas MidNight.
Lampu kamar sudah terpadamkan, pun kelopak mata yang mulai terpejam. Namun, nyatanya lelap tak kunjung memeluk. Apa yang tengah membuat pikiran ini tetap terjaga padahal lelah begitu kental terasa di sekujur badan?

Apa mungkin tentang kegiatan hari ini yang berasa seperti gado-gado atau permen nano-nano?

Mulai dari pagi rencana ke Perpustakaan yang ternyata (masih) harus tertunda kembali setelah melihat mata kanan suami yang memerah (kembali). Meluncurlah kami ke Bali Royal Hospital, namun ternyata dokternya baru bisa ditemui diantara pukul satu sampai dua Wita. Setelah registrasi kami melanjutkan tujuan ke Erlangga (semacam toko oleh2 khas Bali gitu), harganya!? MURMEEERRR Banget, asli dah! Bisa nih diprospekin buat dijual lagi. Hihi.. #mendadak hijau nih mata https://static.xx.fbcdn.net/images/emoji.php/v9/f51/1/16/1f603.png:D

Belanjaan sudah sekantong besar, tapi waktu yang semakin mengejar untuk kembali ke BROS (Bali Royal Hospital) tapi ndilalah si keponakan minta hunting spinner, setelah si Farhan tak henti minta diantar membelinya kami mencoba luluh walau sedikit memberi sugesti tentang kesabaran.

"Nanti ya kalau ke kampung Jawa lagi biar harganya lebih miring!"

Tapi sekali lagi Farhan kekeuh minta hari ini juga. Dan meluncurlah kami ke toko mainan. Ada sih spinner, tapi harganya bikin gigit jari. Hihi... Sekali lagi menasehati  Farhan agar bisa bersabar kembali.
Setelah itu kamipun meluncur ke Bengkel, men-servis si ban belakang yang suka kempes. Mau tak mau! Untuk sampai ke rumah sakit kami tak mungkin terus berjalan kaki kan!? Hisk...

Siang kian beranjak, setelah selesai urusan di Bros (Bali Royal Hospital), cuz pulang. Lah ditengah jalan melihat keramaian dan beberapa jalan yang ditutup. Penyakit kepo mendadak kumat. Berhentilah kami  mencari Parkiran setelah tanya ke tukang parkir ada kegiatan apa.

Ternyata sedang ada PKB (bukan nama partai lho!) Tapi Pekan Kesenian/kebudayaan Bali. Hihi... Nontonlah akhirnya berdesak-desakan melihat konvoi kebudayaan Bali. Namun naasnya, si Farhan minta pulang! :( Tapi kasihan juga sih wajah suami kelihatan lelah, apalagi nanti sore masih ada kegiatan buka bersama dengan teman-teman kantornya. Finally, kami akhirnya harus pulang agar bisa istirahat sebelum agenda berikutnya.

Tapi... Lha kok ban belakang kempes pes!? Kan tadi karyawan bengkel bilang ban belakang oke-oke aja! Tinggal diisi angin saja? #mendadaksebel.

Siang hari yang menyengat, jalanlah kami cari tulang tambal ban. Alhamdulillah, ndak jauh-jauh banget. Itupun diwarnai dengan miskom antara kami dengan penambal ban.
“Bannya bocor ya pak? Padahal tadi kata tukang di bengkel sebelumnya hanya tinggal ditambah angin saja. Kira-kira kenapa ya?” Kataku.

“Lha. Kok ibu tidak percaya sama saya? Kenapa tadi tidak melihat kenapa saya menambal bannya!” kata tukang penambal ban agak sewot dengan nada yang bikin garuk-garuk kepala.

“Bukan… bukan gitu maksud saya pak!” Padahal beneran aku pengen nanya aja, ndak menuduh yang macem-macem L Suamiku akhirnya juga berusaha menjelaskan, tapi ya si tukang penambal ban juga ndak paham-paham juga. Akhirnya kamipun mengalah setelah membayar biaya tambal ban.

Sepanjang perjalanan aku dan suami menjadikan kejadia itu sembari tertawa-tawa. Hihi. Setelah melirik jam tangan motor langsung dilajukan menuju jalan Tukad Badung. Setelah mengantarkan Farhan pulang, kami segera melaksanakan sholat Dhuhur kami yang sangat terlambat, hisk… Maaf ya Rabb…

Klik.. Set! Alarm pukul 16.30 Wita.

Beberapa jam berikutnya…

Tarra...

Jam lima lebih lima menit. Panik. Undangan bukber pukul lima ting tong kami malah terbangun bangun jam segini. Hihi.. Untung aja tempat makannya dekat jadi setengah enam sudah otewe selepas shalat ashar dan tancap make up. Ups... kelupaan! Farhan minta ikut, jadinya mampir dulu ke sebelah jemput Farhan.

Yang namanya acara buka bersama tahu kan plotnya seperti apa? Saling tukar kabar, bahas ini itu, makan dan diakhiri dengan cekrak cekrik... hihi... Aku sendiri masih agak canggung dan malu berhadapan dengan teman-teman suami. hihi... Tapi pada akhirnya aku mulai mencairkan ketakutan di dalam diriku. Menjelang usai acara silaturahim dan buka bersama kami, aku dan suami sempat dilanda kecemasan (baca: panik) saat Farhan mulai mimisan. Walaupun hal itu sudah biasa bagi Farhan tapi tidak denganku. Melihat noda merah di putihnya tissue membuatku ngeri dan sedikit mual. Sedih pasti iya, panik apalagi?

Terbesit sesal, mungkin karena siang tadi kami sudah membawa Farhan keluar sampai menjelang sore. Walaupun sudah menasehati anak lelaki kelas dua SD itu untuk tidur selepas kami mengantarkannya pulang, tetap saja jiwa kanak-kanaknya ingin bebas bermain saat ada saudara sebaya yang datang mengunjunginya. Ah, dek Farhan... Maafkan kami ya... Tetap sehat ya...

Kali ini. Ada yang berbeda dengan penitupan acara buka bersama? Tanya kenapa?

Hihi.. Sebelum berpisah, kami melakukan ritual baru yang unik. Apa itu?

Ritualnya adalah injek jempol kaki! Kok bias? Hihi… Bisa dong, entah sih apakah memang bener ngaruh jika seorang perempuan yang sedang habil bias ‘menulari’ perempuan yang sudah menikah untuk bisa hamil juga? Hihi… Dimaknai positif aja buat seru-seruan dan menambah keakraban. J

Apakah hari ini berakhir happy ending setelah acara buka bersama tadi? coba tebak?

Happy endingnya seharusnya adalah tidur dengan dipeluk lelap ya? Tapi nyatanya sampai di detik ini mataku tak kunjung memandang alam mimpi..

Disaat weekend memasuki hari kedua, tepat tanggal 11 Juni aku harus mensyukuri tiap detik yang terlewati. Seperti halnya tadi malam. Weekend yang kami lalui dalam satu bulan pernikahan selalu diisi dengan kebersamaan. Entah apapun itu kegiatannya, Mulai dari travelling, ataupun berbenah kamar kost. Alhamdulillah... Suami adalah lelaki yang sangat ringan tangan dalam urusan kerumahtanggan hingga tiada kutemui sukar dalam mengaruhi bahtera rumahtangga yang baru berlayar ini.

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

Dan aku akhirinya tiada mengakhiri hari sabtu, aku terus melangkah dihari selanjutnya. (Baca: tidak tidur... hihi). Setelah bersusah payah tiada kutemui lelap, aku akhirnya mencoba memanggil-manggil nama kesayangan untuk suami...

Dan pucuk dicinta ulampun tiba. Suami merespon dan akhirnya memilih menemaniku melewati tiap detik di awal hari minggu ini dengan bertukar cerita. Saling mengetahui apa yang masih menjadi misteri di masa lalu kami. (Ngelanjutin ta'aruf lagi ceritanye.. :p )

so, Finally... waktu terus berdetak mengantarkan kami diakhir percakapan singkat namun mendalam dan penuh kesan. Saatnya menyalakan lampu dan mulai menyiapkan makan sahur.

Bismillah...

Buka Bersama di Geomerot


Nonton Pekan Kesenian Bali di Lapangan Renon


Berbelanja di Erlangga Satu


Menunggu Antrian di Bali Royal Hospital
Denpasar, 10-11 Juni 2017


No comments: