Wednesday, 9 March 2011

Jilbab Hati Aisyah



Senyap. Jalan setapak yang biasanya ramai dengan senda gurau remaja berseragam putih biru kini layaknya pekuburan. Telapak tangan seorang remaja putri berkerudung putih yang mendarat pada sebuah pipi remaja putri berbando merah itu membuat waktu terasa berhenti.

Rasa panas yang masih dirasakan pipi dan telapak tangan kedua remaja putri itu menyadarkan mereka bahwa kejadian beberapa detik lalu itu bukanlah sebuah mimpi. Aisyah, remaja putri berjilbab itu seketika mengucapkan Istighfar dan mulai meninggalkan remaja berbando merah dengan menggandeng sahabatnya yang masih mematung disebelahnya.

Kamu boleh mencelaku semau kalian, tapi jangan kerudung atau agamaku.Aisyah tak menggubris tatapan-tatapan aneh di sekelilingnya, satu hal yang ingin segera dia lakukan adalah berwudhu. Perlahan namun tegas, langkahnya mulai mendekat pada satu-satunya bangunan yang membuatnya nyaman. Musholla.
           
***

Di ruang kelas remaja putri berbando merah dan teman-temannya terlihat berkerumun di bangku paling ujung kanan nomor tiga dari depan.

"Aku nggak nyangka lho Lis, kalo Aisyah bisa nampar kamu. Gimana masih sakit?" gurau Lani.

"Awas saja dia! Berani banget dia nampar aku!" geram Elis.

"Kamu mungkin sudah keterlaluan sama Aisyah! Toh dia selama ini diam saja waktu kamu nyindir-nyindir dia. Kamu sih tadi nyinggung jilbab ‘gedhe-nya." timpal Luna saudara kembar Lani

"Alaahh, sudahlah!! Kalian ini ndak liat apa kalau pipiku masih merah gini?" ujar Elis sambil meringis menahan sakit.

"Suruh siapa Radit putusin gue dan lebih memilih cewek berjilbab itu?? Malah sih Edo dan ganknya juga mulai nyuekin aku dan melirik Aisyah?? Bisa turun pamor gue ntar"

***
Di perpustakaan Aisyah tengah asyik membaca ketika Radit datang ke mejanya.

"lagi baca apa syah?" sapa Radit

"sstt, ini perpustakaan bisa tenang dikit tidak?" tegur Aisyah yang mulai terganggu.

"maaf syah, aku ganggu ya" tanya Radit

"syukurlah kalau kamu sadar" ucap Aisyah sambil terus menatap buku dihadapannya

"aku cuma ingin ngobrol sama kamu, boleh?"

"boleh! Tapi tidak saat ini dan di tempat ini, saya sibuk mempersiapkan bahan buat ujian. Bisa dimengerti??" jawab Aisyah ketus

"oke, maaf sudah ganggu. Tapi kapan kita bisa bicara?"

"pulang sekolah saja di depan kantin!"

"oke, aku pergi dulu ya Aisyah! Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam"

***

Tepat setelah bel pulang berbunyi Radit langsung menyambar tas sambil berlari kecil menuju ke kantin. Sambil tengok ke kanan dan kiri, Radit mencari-cari sosok gadis pujaan hatinya itu.

"Radit!!" teriak seorang perempuan berpakaian seragam biru putih berlapis jaket merah.

"lho Widya, Aisyah mana?" tanya Radit

"oh, dia sudah pulang! Neh ada titipan dari dia" jawab Widya sambil memberikan selembar kertas.

"oh, ya sudah! Thanks ya wid!"

"ur wellcome Radit" balas Widya sambil berlalu dari kantin

Di bukanya lembaran kertas itu. Sebuah tulisan berjajar rapi terlihat;

Aku tahu kamu pasti mau menanyakan perihal kejadian pagi ini antara aku dan pacarmu. Aku lelah dengan sikap Elis dan dayang-dayangnya yang terus berFITNAH tentang aku. Dan aku rasa kamu tahu kenapa dia begitu. Dan tolong, kamu bisa jaga jarak denganku agar tak ada fitnah lagi antara kita. Terimakasih.
Aisyah

Radit hanya terdiam di bangku kantin. Aisyah, kamu memang berbeda. Dan aku akan tetap menantimu.

Kesokan paginya Radit kembali mendekati sosok si pujaan hati, kali ini dia memutuskan untuk datang lebih pagi agar dirinya terlihat menjadi siswa yang baik dimata Aisyah.

"Pagi Aisyah! Wah rajin banget pagi-pagi begini udah di kelas?!" sapa Radit sambil menyunggingkan senyumnya di depan meja Aisyah.

"yang tumben itu kamu!! Mimpi apa sepagi ini sudah datang?" jawab Aisyah dingin

"yaaa, kamu bersyukur donk! Ini kan berkat kamu juga?" balas Radit

Aisyah berhenti sejenak dari aktivitasnya membaca buku. Ditutupnya buku bersampul biru itu sambil beranjak meninggalkan Radit.

"kamu mau kemana syah?" tanya Radit sambil menyusul Aisyah.

"aku rasa pesanku yang tertulis kemarin sudah jelas bukan?! Please, leave me alone!! Don't disturb me again!! Ok!!"

"tapi syah...?!"

"no 'but', just end your action right now!" teriak Aisyah

Radit terdiam. Tak pernah dia melihat Aisyah semarah itu sebelumnya. Wajah Aisyah memerah menahan luapan emosi. Segera Aisyah beranjak dari tempat itu, langkah kecilnya terlihat sedikit berlari menuju ke Mushola.

Radit hanya mengamati dari tempat dia berdiri, terlihat Jilbab Aisyah melambai-lambai tertiup sang angin. Untung saja tadi suasana sekolah masih sepi sehingga tak ada yang tahu kemarahan Aisyah pada Radit pagi ini. Namun, tanpa disadari Radit, ada sepasang mata yang memerah melihat kejadian pagi itu.

***
Awal Aisyah masuk ke sekolah itu 1 tahun lalu, tak ada yang terlalu mencolok dari dirinya kecuali sebuah kain yang menutupi kepalanya. Namun semua berubah ketika masa lalu Aisyah tersibak. Suatu hari tanpa disadari salah seorang guru Aisyah menemukan sebuah artikel yang memuat tentang siswi baru pindahan dari Bali itu.

Aisyah Swastika Ramadani, seorang siswi berbakat yang mendapat piala tahunan dari Bupati dan menteri pendidikan akan prestasi di bidang seni. Tak ayal seketika Aisyah langsung menjadi buah bibir, dan kehidupan pribadi Aisyahpun mulai terganggu dengan pihak sekolah yang mulai melirik Aisyah untuk mengikuti beberapa perlombaan, tak hanya di bidang seni namun di bidang akademik lainnya.

Aisyah hanya bisa pasrah, dia memang tak pandai untuk membantah ataupun sekedar berkata tidak. Aisyah Swastika Ramadani, seketika menjadi 'bintang' di sekolahnya. Bukan hanya 'bintang' di bidang akademik, namun juga 'bintang' di hati teman-teman laki-laki sepenjuru sekolah.

***

"Sedang apa kamu pagi-pagi sudah 'dugem' di mushola?" sapa Widya

"eh kamu, ya ndak apa-apa! Lebih tenang aja di sini" elak Aisyah

"lagi belajar buat unas bulan depan ya syah? Nanti aku diajari juga ya syah?" seru widya

"iya, insyaAllah. Tapi alangkah baiknya kita mengerjakannya dengan usaha sendiri. Kan lebih afdol?!"

“hemm, iya-iya bu Aisyah!! eh syah, bagaimana hubungan kamu dengan Radit?”

“hubungan apanya?” Tanya Aisyah kaget.

“ya hubungan kamu dengan dia, kan beberapa hari ini keliatan banget Radit ngejar-ngejar kamu”

ndak ada hubungan apa-apa kok” jawab Aisyah cuek

‘”bener?” selidik Widya

“iya, emang kenapa?”

“ya apa kamu tidak tertarik juga dengan dia?”

“Astaghfirullah Widya, ya ndak mungkinlah”

“lh, kenapa ndak mungkin?”

“Widya, kita ini masih kelas 3 SMP, jadi ya ndak mungkin banget kan??”

“gitu ya??”

“iyaaaa… ya udah yuk kita ke kantin aja, laper neh”

Mendengar kata kantin Widya langsung lupa akan rasa ‘penasaran’nya terhadap kisah Aisyah, Radit dan Elis.

“Ayuuuuuukkkk, kantiiiiinnn we’re comiiiiingggg!!!!!”

***
            
Sepulang sekolah Aisyah menanti kendaraan di halte dekat sekolahnya. Halte kelihatan sepi, hanya ada Aisyah seorang di sana. Tiba-tiba ada segerombolan laki-laki menghampirinya. "kamu yang namanya Aisyah?" teriak salah seorang di antara mereka

Dengan hati bergemuruh menahan takut Aisyah memberanikan diri menjawab "i, i, iyaa. Kalian siapa??"

"kamu g usah tahu siapa kami! Asal kamu pahami 1 hal!! Pergi kamu dari sekolah itu!!"

"apa hak kalian menyuruh aku meninggalkan sekolah?" tanya Aisyah

"jangan banyak bicara!!" teriak pria itu sambil mengayunkan tangan hendak menampar Aisyah, secara reflek Aisyah melangkah mundur, namun naas Aisyah terjatuh, aahhh!! Tangan Aisyah terbentur lantai halte yang keras.

Aisyah menjerit kesakitan, "tolongg!!" Merasa jiwanya terancam Aisyah berteriak mencari pertolongan. Tiba-tiba ada seseorang turun dari sebuah mobil, "hai! Apa yang kalian lakukan pada gadis itu?" teriak orang itu.

Spontan para berandalan tadi kabur menjauh. "kamu tidak apa-apa dik?" tanya penolong it

"tanganku sakit banget kak!!! Ahhh, tolong saya kak" ucap Aisyah sambil menahan saki

"ayo naik ke mobil, kita ke rumah sakit" jawab pemuda yang menolong Aisyah

***

Sesampai di rumah sakit Aisyah segera diberi perawatan."kamu tidak apa-apa dik?" tanya pemuda itu

"kata dokter tadi ada tulang ditanganku yang retak kak" jawab Aisyah

"ya sudah kamu istirahat dulu biar aku hubungi orang tuamu" ujar pemuda berseragam putih abu-abu itu

"iya kak!"

"eh, maaf. Nama kakak siapa??" tanya Aisyah

"namaku Ahmad Ghufron Al Fikri, panggil saja Fikri"

"iya kak, namaku Aisyah"

"iya, tadi dokter sudah bilang kok" jawab Fikri

***
           
Keesokan harinya sekolah gempar, berita mengenai Aisyah yang di ganggu beberapa berandalan santer terdengar di mana-mana. Baik di pihak siswa, staf, sampai ke telinga kepala sekolah.

Widyapun juga dipanggil ke ruang Kepsek.

"Widya, kamu tahu siapa yang mengganggu Aisyah kemarin siang?" tanya Pak Kepsek

"maaf pak, kemarin saya pulangnya dijemput supir jadi tidak bareng sama aisyah" jawab Widya

Di kantin beberapa siswi terlihat tengah bercakap-cakap

"kamu ini gimana sih lis?? Katanya cuma mau kasih teguran ringan ke Aisyah, kenapa dia bisa masuk RS gitu?" tanya Lani

"ya mana aku tau? Aku cuma bilang ke kakakku agar g sampai mukul Aisyah" jawab Eli

"eh, sudah-sudah! Jangan dibahas di sini nanti ada yang dengar bisa bahaya!" tegur saudara kembar Lani


***

"Assalamu'alaikum" sapa Widya dan Lia

"wa'alaikumsalam" jawab Aisyah

Widya dan Lia membesuk Aisyah di rumah sakit. Siang itu suasana di kamar rumah sakit yang di tempati Aisyah terdengar ramai dengan celotehan widya dan lia.

"kapan kamu bisa masuk sekolah syah?" tanya Widya

"mungkin lusa aku boleh pulang ke rumah, tapi ndak tahu juga kapan perban di tangan kananku boleh dibuka" jawab Aisyah sedih

"ya tidak usah sedih gitu ah mbak" hibur Lia

"tapi bentar lagi unas Lia, sedangkan tanganku belum bisa dipakai menulis" seru Aisyah

"sabar syah, pasti akan ada jalan" hibur Widya

***

UNAS sudah di mulai, semua terlihat serius di tempat masing-masing. Bangku Aisyah terlihat kosong, Aisyah mengerjakan soal UNAS di ruang kepsek sambil dibantu seorang guru untuk menuliskan jawaban di kertas.

Setelah UNAS berlalu, Aisyah tak lagi terlihat di sekolah. Bahkan di acara perpisahanpun dia tak hadir, hanya orang tuanya yang datang untuk mengambil ijazah dan penghargaan Aisyah. Aisyah berhak mendapatkan penghargaan atas nilai UNASnya yang mencapai nilai tertinggi di sekolahnya.

Radit terlihat menghampiri orang tua Aisyah.

"Assalamu'alaikum tante" sapa Radit

"iya nak, ada apa?" jawab tante Khusna ibunda Aisyah

“saya mau nitip ini buat Aisyah tante, maaf dulu saya tidak sempat menjenguk Aisyah di rumah sakit" ujar Radit

"oh, iya nak, nanti ibu sampaikan"

***

Di sebuah kamar berukuran 3 x 2.5 meter Aisyah tengah terbaring di pembaringannya. Sesekali dia masih meringis menahan sisa nyeri di tangan kanannya. Tok tok tok, terdengar pintu kamar Aisyah diketuk.

"Assalamu'alaikum sayang" sapa ibu Aisyah

"Wa'alaikumsalam bunda"

"kamu kenapa? Kok pucat gitu? Tangannya sakit lagi?" tanya bunda

"enggak apa-apa kok bunda, eh gimana hasilnya bunda?"

"Alhamdulillah, kamu jadi wisudawan terbaik sayang" ucap bunda sambil mengecup kening Aisyah

"oh ya, ini ada titipan dari temanmu"

"dari siapa bun?"

"wah, tadi bunda lupa tanya nama. Ya sudah kamu buka saja, bunda mau masak dulu ya"

"iya bun."

***

Sebuah kotak musik berbentuk bintang yang terbuat dari kaca terlihat dari balik kertas kado baru saja di buka Aisyah.

"Wah bagus sekali, dari siapa ini?? Hemm, tau saja aku suka bintang" gunam Aisyah terlihat ada sepucuk surat di dalam kotak musik itu.

"Assalamu'alaikum Aisyah, maaf aku tak sempat menjengukmu di rumah sakit waktu itu. Ehmm, gimana kabarmu Aisyah. Aku kangen sama kamu. Eh maaf ya, tapi jujur aku menyayangimu.

Aisyah, aku sampaikan minta maaf padamu. Maaf karena aku tak sempat mengunjungimu di rumah sakit, dan aku minta maaf mewakili Elis. Aku tak punya nyali untuk menemuimu, karena aku tahu secara tidak langsung kejadian yang menimpamu karena kesalahanku juga.

Aku waktu itu mendengar pembicaraan Elis dan teman-temannya di kantin. Aku kaget syah, ketika tahu yang menjadi dalang penyerangan padamu di halte itu adalah Elis.

Aku minta maaf padamu syah, tolong jangan kamu mempermasalahkan kasus ini pada orang tuamu, sekolah apalagi sampai ke pihak yang berwajib.

Aku tahu, kamu adalah perempuan yang baik dan tak suka memendam rasa dendam pada orang lain. Sekali lagi aku minta maaf syah, sebagai gantinya aku akan menghilang dari hidupmu. Aku ikhlas syah"
Dari pengagum hatimu
Radit
Aisyah tertegun di tempat tidurnya. "MasyaAllah, hanya karena seseorang yang bukan muhrimnya Elis sampai setega itu padaku" batin Aisyah

baiklah, aku sudahi hal ini sampai disini biarkan Allah saja yang akan menyelesaikannya

***


No comments: