Dreams 2 Reality (Famous Writer)
oleh Bintang Arini pada 31 Maret 2011 jam 10:45
Namaku Trias Swasti Arini, aku seorang gadis berusia 23 tahun. Aku layaknya gadis lainnya yang mempunyai banyak impian, karena tanpa mimpi aku berpikir bahwa dunia terasa hampa dan tanpa tujuan yang jelas.
Menginjak usia dimana dalam materi perkuliahan psikologi perkembangan aku sekarang berada dalam fase dewasa yang mulai mengoperasikan pemikirannya kearah yang membangun serta mewujudkan mimpinya semi kesuksesan di masa depan nanti.
Aku di besarkan di keluarga yang sederhana dan berkucukupan dengan tiga orang saudara, seorang ibu dan seorang ayah. Kebahagiaan serta kehidupan sederhana kami berubah menjadi sangat sederhana ketika sang ayah meninggal di saat usiaku menginjak 17 tahun. Ibu kami berjuang membeikan pendidikan yang baik bagi tiap anak-anaknya dengan berbekal sisa tabungan yang di tinggalkan sang ayah karena ibuku sendiri memiliki penglihatan yang kurang baik sehingga tidak memungkinkan untuk bekerja.
Kakak pertama dan keduaku menyelesaikan kuliahnya di PTS di kota malang, sedangkan adikku harus rela tak meneruskan pendidikan ke jenjang perkuliahan karena masalah biaya dan dia akhirnya bekerja pada perusahaan swasta yang ada di kotaku. Sedangkan aku sendiri di terima di suatu Perguruan tinggi negeri di kota malang meskipun pada akhirnya aku harus rela menyudahi perkuliahanku di semester enam karena masalah biaya pendidikan dan kerena aku di landa suatu penyakit.
Selama masa pengangguran (non aktif) di kampus aku hanya menghabiskan waktu di rumah sambil membenahi diri kira-kira apa yang harus aku lakukan ke depan unbtuk mengubah hidupku menjadi yang lebih baik dan bisa membahagiakan kedua orang tua serta keluargaku. Dengan kondisi fisik yang memang sangat rentan lelah aku tidak mampu bekerja di medan yang berat. Namun aku tak hanya diam begitu saja menghadapi kenyataan itu, dengan berbekal ijazah SMA aku mulai melamar ke beberapa instansi dan melamar menjadi suru TK di sebuah TK di dekat rumah.
Namun karena belum adanya panggilan aku memutuskan untuk menjaga sebuah oko baju milik saudara yang bisanya menjadi tempatku mencari tambahan uang saku ketika liburan semester. Selama beberapa bulan aku coba bertahan bekerja di took baju tersebut hingga suatu hari aku merasa penglihatanku mengalami masalah dan si haruskan melakukan operasi. Ternyata setelah di bawa ke rumah sakit aku harus menelan pil pahit ketika dokter mengatakan syaraf mataku hampir putus dan terancam kebutaan. Semenjak itu aku di larang untk bekerja keras dan di usahakan untuk tidak mengangkat beban lebih dari dua kilogram. Ketika aku merasa tubuhku kuat untuk bekerja lagi aku memutuskan untuk bekerja di toko namun aku berusaha untuk lebih menjaga diri agar tidak membahayakan kondisi tubuh terutama mataku.
Sewaktu menjaga toko aku merasa ada sesuatu yang kurang dalam diriku, ada suatu pemberontakan yang muncul di hatiku. Aku ini pernah mengenyam bangku kuliah kenapa aku berakhir di sebeluah took tanpa memafaatkan ilmu yang telah aku dapatkan selama ini? Tidak, aku bukan sosok seperti itu!!! Aku harus memaksimalkan potensi yang ada di diriku.
Pada suatu hari ketika aku membenahi semua barang-barang di kamar aku melihat semua buku-buku dan diary-diaryku yang menumpuk di meja belajar. Setelah aku membuka-buka semua buku dan diariku dalam benakku terukir sebuah pernyataan “alangkah lucu serta indah jika semua puisi ciptaan dan tulisanku di jadikan sebuah buku” pernyataan itu terus membayangi benakku, akhirnya sejak itu aku mulai rajin memposting tiap tulisanku di Facebook dan tak di sangka ternyata teman-teman banyak yang mendukung hingga aku mulai percaya diri untuk terus menulis serta terus mengasah daya imajinasi dan gaya penulisanku.
Seiring waktu, tulisan di note Facebookku bertambah banyak dan teman-temanpun mulai menanti kelanjutan cerita yang aku buat. Karena saking banyaknya permintaan aku mulai kewalahan sedangkan aku sendiri mempostingkan tulisan di facebook berdasarkan suasana hati dan apa yang aku rasakan ketika beraktivitas. Aku sendiri tipe orang yang kurang suka memaksakan sebuah tulisan untuk segera di publishkan sesegera mungkin. Di samping aku harus tetap menjaga kepercayaan pemilik toko untuk mengelola tokonya akupun mengalami ganjalan untuk terus OL di Facebook karena biaya browsing yang mahal untuk ukuran ‘pocket’ ku.
Pada suatu hari ketika aku iseng memberikan suatu posting di suatu stasiun radio di kotaku yang membahas tentang impian serta cita-cita di masa depan aku menjawab I want to be a famous writer, semenjak itu tiba-tiba ada banyak permintaan pertemanan yang masuk ke akun Facebookku. Sejak saat itu akupun mulai makin percaya diri untuk menulis comment di tiap status radio yang membahas topic tertentu dan juga status di teman-teman yang lain.
Tiap hari selalu saja ada permintaan pertemanan sehingga friendlistku kini mencapai lebih dari 1500 teman. Dengan dukungan dari teman-teman dan saudara di situs jejaring Facebook aku mulai men-like dan mengajukan pertemanan pada beberapa penerbit, aku berpikir kalau mungkin saja ada beberapa yang akan menyukai serta melirik tulisanku. Dan aku mulai mengirimkan beberapa tulisanku ke berbagai koran dan radio meskipun sampai sekarang belum ada yang di muat di media cetak dan hanya si nikmati oleh beberapa teman dan kenalan di dunia maya serta di udara aku cukup puas dengan semua hasil tulisanku yang kini mencapai lebih dari 500 buah.
Kini akupun telah membuat situsku sendiri dengan membuat blog yang si dalamnya tertulis semua hasil karyaku sejak tahun 2004 sampai sekarang. Suatu ketika aku dilanda suatu permasalahan ekonomi yang pelik dan aku tak tahu lagi bagaimana untuk mencari uang untuk biaya pengobatanku. Akhirnya aku memberanikan diri untuk mengirimkan pesan kepada salah satu penerbit di jogja dan menanyakan kesediaan untuk menjadikan semua karyaku dalam sebuah buku sehingga hasil penjualan bukuku kelak akan bias aku pakai untuk keperluan berobat dan membantu mengangkat perekonomian keluargaku. Setelah mendapat balasan dari pihak penerbit, ternyata mereka masih memerlukan waktu untuk membaca serta menyortir semua tulisanku dan aku di minta menunggu selama kurang lebih dua minggu.
Waktu dua minggu terasa sangat lama dan menyiksaku karena di satu sisi aku harus segera melakukan pengobatan di suatu rumah sakit di kota Malang. Namun aku yakin semua hal di dunia ini tidak ada yang berjalan dengan instant dan aku harus di tuntut untuk sabar serta selalu yakin rencana Tuhan pasti akan selalu indah.
Sampai sekarang aku masih menunggu semua tulisanku di setujui oleh pihak penerbit dan mencoba terus memotivasi diri serta berusaha terus memperbaiki kualitas tulisan yang aku buat agar mampu menyenangkan serta memuaskan tiap orang yang membaca tulisanku.
No comments:
Post a Comment