Tiiiiinnn!!!
Tiiiiinnn!!!
Tiiiiinnn!!!
Suara klakson mobil bersahut-sahutan menambah deru keramaian di jalanan ibu kota.
Tiiiiinnn!!!
Tiiiiinnn!!!
"aduh, sabar donk kak!" seru lila
"panas neh dek! Mana tuh metromini mangkal di depan sana, belum lagi para pengamen ini! Ughh.." aldi menimpali
"ya maklumlah kak, ini kan jalanan umum! Mana di bawah fly over ini lahan rejeki buat mereka"
AC mobil yang di kendarai lyla dan aldy tak mampu mendinginkan suasana.
Sembari menanti jalanan lengang kembali lyla tengah asyik memandangi pertunjukan 'alam' yang tak lagi langka di jalanan pinggiran ibukota.
Mata mungil lyla mendapati anak2 kecil yang tengah bermain di depan 'istana' mereka yang terbuat dari kardus bekas. Mereka tertawa riang tak pedulikan berjuta massa polusi yang ada di sekitar mereka.
Sepanjang sapuan mata, lyla merayapi tiap sudut pemandangan di hadapannya, lyla menggumam sendiri di kursi mobilnya.
"lihatlah kak, mereka masih betah tinggal di bawah jembatan ini". Sambil melirik jam di tangan kirinya lyla kembali bergumam sendiri "sekarang kan jam sekolah! Apa mereka tidak masuk sekolah? Atau memang mereka tak bersekolah?"
kata-kata lyla terhenti melihat seorang gadis kecil tengah mencorat-coret dinding 'istana' kardusnya dengan pensil.
"Sedang apa dia?"batin lyla
tanpa sadar tangan lyla hendak membuka pintu mobil sebelum akhirnya aldy menghentikan aksi 'unconciousness'nya.
"kamu mau apa lyla???" bentak sang kakak
"eh kakak?? Ada apa?" seru lyla bingung
"ngapain kamu mau buka pintu mobil? Kamu mau keluar?" tanya aldy
"eh, aduh? Iyaa kak" jawab lyla
"kamu mau kemana? Neh udah agak longgar jalanan. Kamu tidak mau cepat sampai rumah?!"seru aldy
"iya kak! Maaf!"
mobil yang di kendarai aldy dan lyla melaju standart, pelan-pelan meninggalkan daerah jembatan biru.
***
Sesampai di rumah lyla langsung membawa koper ke kamar tidurnya, secepat kilat dia mengambil tasnya dan mengisinya dengan barang-barang keperluannya.
"lho, kamu mau kemana la? Kamu kan baru pulang dari luar kota?"tanya ibu lyla
"eh, iya bu saya ada perlu bentar" jawab lyla
"kamu tidak capekkah? Istirahat dulu lyla" seru ibu
"lyla tidak capek kok bu, saya keluar dulu. Assalamu'alaikum"
Lyla memacu motor maticnya perlahan. Tangannya masih kaku setelah hampir setengah tahun lebih mengandalkan kakinya sebagai alat transportasi di daerah tempatnya bekerja di desa.
***
Gadis kecil yang mencuri hati lyla sudah terlihat dari kejauhan, setelah memarkir motornya lyla berjalan menghampiri istana kardus milik sang gadis kecil.
"assalamu'alaikum" sapa lyla
"wa'alaikumsalam, ehmm kakak siapa ya?" jawab gadis kecil itu
"nama kakak kalyla, nama adik siapa?"
Dengan wajah sedikit ketakutan sang gadis kecil merapatkan tangannya sambil menundukkan pandangannya.
"namanya adik siapa?"tanya lyla sekali lagi
"ehmm, sa sayya rindu kak" jawab gadis itu
"kamu kenapa takut gitu dik? Kakak tidak akan mengganggumu kok" jelas lyla sambil tersenyum.
"eh, kakak tidak akan mengusir kami lagi kan? Saya capek kak harus berpindah-pindah tempat lagi" jawab rindu sambil tetap memandang lantai istananya yang terbuat dari tumpukan kardus juga.
"tidak kok dik, kakak tidak akan mengusir adik. Sekarang kakak boleh duduk?"tanya lyla ramah
"i, i, iya kak, sebentar saya ambilkan koran dulu buat alasnya. Maaf kak, gubuk kami memang ndak ada kursinya"
"tidak apa2 kok dik"
Istana kardus itu berukuran sekitar 3x2.5meter. Di pojok ruangan ada berbagai macam barang2 bekas yang sudah tak layak pakai, di sebelahnya ada lemari kecil yang juga terlihat lusuh. Sudah lyla terka profesi orang tua rindu adalah pemulung sampah. Namun yang menjadi perhatian lyla adalah gambar2 serta beberapa bait kata di dinding istana kardus itu.
Lyla beranjak mendekati sang dinding istana kardus.
Di amatinya dinding itu, ada gambar berbagai macam hewan-hewan, ada tempelan huruf2 abjad, ada poster gambar-gambar para pahlawan, ada juga gambar walisongo.
Meskipun semua terlihat jelas bahwa itu adalah poster-poster bekas, di mata lyla terlihat seperti goresan malaikat kecil di tengah perkampungan rumah kardus di bawah jembatan biru ini.
"adik kelas berapa sekarang?" tanya lyla
"saya sudah tidak sekolah kak"jawab rindu
"lho? Kenapa dik?"
"ibu saya tidak punya uang buat biaya sekolah"jawab rindu polos
tes, tanpa sadar airmata lyla mengalir begitu saja.
"lho, kakak kok menangis?"
"ah, tidak apa-apa kok dik mungkin kemasukan debu" elak lyla
sejenak lyla terdiam, di pandanginya lagi tiap deret goresan di dinding.
Matanya terpaku pada suatu tulisan yang tertempel, "Tuhan menyembunyikan ridhoNYA di dalam kebaikan. Maka jangan meremehkan kebaikan sekecil apapun karena kita tidak akan pernah tahu kebaikan yang mana yang mendapat ridha Tuhan"
tes! Airmata lyla kembali menetes membasahi pipinya.
Lyla menghadap ke dinding kardus membelakangi rindu yang terbengong2 melihat dirinya.
Mata lyla tak henti-hentinya menatap tiap coretan yang ada di dinding kardus itu.
Kini matanya terpaku melihat sebuah tulisan yang tertulis di atas kertas putih berbentuk kupu-kupu.
"Hadapilah kenyataan yang tidak ada jalan keluar darinya. Anda kelak akan menjumpai di dunia ini hal-hal yang tidak mampu anda mengubahnya, tetapi hanya mampu berinteraksi dengannya dengan berbekal kesabaran dan iman"
deg!
Lyla tak mampu lagi menyembunyikan airmatanya di depan rindu.
"kak! Kakak kenapa nangis?" tanya rindu
"tidak apa-apa kok dik, ehm.. Siapa yang menggambar dan menulis kata-kata di dinding itu dik?"
"itu yang menggambar aku kak, aku memang suka menggambar. Trus yang menulis kata-kata itu umi kak. Kata umi biar rindu tidak sekolah rindu bisa sabar dan belajar dari tiap benda atau koran bekas ini kak" jawab rindu polos
deg! Hati lyla bagai tersengat aliran listrik.
Lyla sampai tak mampu berkata-kata mendengar perkataan bocah kecil itu.
Tiba-tiba pintu istana kardus itu terbuka.
"assalamu'alaikum rindu, umi sudah pulang"
"wa'alaikumsalam" jawab duo lyla dan rindu
"lho, ini siapa rindu?"tanya umi
"ini kak kalyla umi!"
"perkenalkan bu, nama saya kalyla"ucap lyla
"mbak kalyla ini siapa dan ada perlu apa ya?"
"saya hanya ingin silaturahmi saja kok bu, saya tidak ada maksud lain"jelas lyla
"oh ya sudah ya bu, sudah siang saya mau permisi dulu. InsyaALLAH besok saya mau mampir lagi. Mari bu.. Rindu, kakak pulang dulu. Assalamualaikum.."
Keesokan harinya kalyla kembali mengunjungi istana kardus milik rindu dan ibunya. Kali ini rindu tak sendirian tapi dia ditemani ibu dan kakaknya.
"assalamu'alaikum" sapa lyla sambil mengetuk pintu
"wa'alaikumsalam"terdengar sahutan dari balik pintu
setelah pintu terbuka terlihat wajah lugu Rindu.
"ibu ada rindu??"
"oh iya kak, ibu baru saja pulang"
setelah lyla dan ibunya duduk, lyla kemudian mulai mempersiapkan kata-kata yang sudah sedari tadi berputar-putar di benaknya.
"ehm, begini bu riani. Saya dan ibu saya menyempatkan datang kesini untuk membicarakan sesuatu sama ibu"tutur lyla
"ada apa ya mbak lyla? Apa yang ibu bisa bantu?"
"begini bu, saya mempunyai maksud untuk mengadopsi rindu. Tapi tenang saja bu, ibu dan rindu tidak akan saya pisahkan. Nanti ibu bisa ikut tinggal di rumah saya, ibu bisa bantu-bantu ibu saya di rumah" jelas rindu
"ta, tapi mbak?! Kok tiba-tiba begini?" jawab bu riani.
"iya bu, saya jatuh hati pada rindu sejak pertama kali bertemu. Saya juga melihat bakat di diri rindu, saya ingin menyekolahkan rindu bu"
"sa, saya tidak tahu harus berkata apa mbak. Saya masih kaget"
"bagaimana rindu? Kamu mau sekolah kan?" tanya lyla
"i, iya kak"jawab rindu
akhirnya pelangi itu menghiasi langit di atas jembatan biru.
Kalyla tak henti-hentinya mengucap syukur kini dia bisa menerbangkan kupu-kupu untuk akhirnya bisa terbang menggapai impiannya.
Fin
No comments:
Post a Comment