Tuesday 10 April 2012

Bintang's Story: Perjalanan Hati

Bintang's Story: Perjalanan Hati - Moment Ulang Tahun

Setiap hari lahir pasti menjadi hari yang spesial dan perlu untuk direnungi serta disyukuri. 1 hari dimana kita terlahir ke dunia ini, keluar dari dunia rahim ibunda.

Di setiap hari ulang tahun sang bintang juga demikian, meskipun tak setiap tahun di rayakan dengan pesta pora tapi selalu saja menyimpan kesan yang membuat hati tertawa dan juga menangis haru.

Entah tepatnya ditahun yang keberapa, sekitar usia smp ulang tahun sang bintang tepat di hari raya idul fitri. Begitu girang dan senyum menghiasi wajahnya, bayangkan saja di hari ulang tahunnya semua umat islam ikut merayakannya. Satu kali seumur hidup, itu yang dipikirkannya.

Masih di usia smp, yaps mungkin di kelas 3 smp saat dia baru saja pubertas (menstruasi) satu ceplokan telur dan guyuran air membabibu menyerang tubuh mungilnya. Kakak dan ibunya mengerjainya habis-habisan. Namun sore harinya sang bintang senyum-senyum malu sendiri melihat kado apa yang diberikan ibunya. Hehehe, 1 set pakaian dalam dan miniset (BH u/ anak-anak). Ups, "aku malu bu memakainya, aku kan masih kecil" protesnya kala itu.

Ulang tahun ke 16, usia SMA.. Ulang tahun pertama tanpa kebersamaan dengan sang bapak. Nothing special, dan semua terasa sepi..

Ulang tahun ke 17, sweet seventeen. Tahun kedua tanpa sang bapak, satu kejutan manis dari teman-teman sekelasnya. 1 lembar kertas berisi ucapan serta tanda tangan dari teman" tersungging manis di buku bindernya. "Terimakasih kawan, walaupun satu lembar sudah lebih dari cukup untuk ungkapkan perhatian tulus kalian"

Ulang tahun ke18, ulang tahun pertama di perantauan, ultah di Ma'had. Bersama teman sekamar di Ma'hadnya, sang Bintang bolos kuliah malam dan makan malam bareng di KFC Matos. Sehabis makan mereka menghabiskan waktu berkeliling mall sampai tanpa sadar hampir jam 9 malam, ups gaswat!! Bisa-bisa kekunci pintu ma'had! Cap cus akhirnya ngacir keluar mall dan menyetop angkutan yang lewat. Dengan lari tergopoh-gopoh mereka mengejar jam malam berharap pintu masih terbuka. Yaps, akhirnya jam 9 ting tong mereka sampai dan lolos dari petugas keamanan. Hehehe.
Keesokan harinya, sang bintang mendapat kejutan kedua, kakaknya mengajak dinner bersama teman-temannya dan sebuah boneka lumba-lumba berwarna pink sebagai hadiah.

Ulang tahun ke 19&20, di lewatkan bersama teman-teman tanpa ada perayaan, tak ada makan malam atau semacamnya. Namun, ada 1 buah telur yang melayang di kepala ulah teman kampusnya sewaktu pulang kuliah. Di tepi jalan masuk kampus, sore hari waktu banyak mahasiswa/i berseliweran! Bintang berlari-lari mengejar si penCeplok telor ke kepalanya, pak satpam dan beberapa orang melihatnya. Uhh, malu sekali waktu itu...

Ultah ke-21, bertepatan dengan ujian praktikum. Dag dig dug, tak terlintas untuk memikirkan ultah karena di hari itu harus praktikum menjadi seorang psikolog yang tengah mengetes beberapa orang. KeEsokan harinya bintang kena kerjai teman kakaknya, sang bintang disuruh mengambil sabun u/ cuci mobil, eh tahu-tahunya semua pintu rumah di kunci dan tak bisa masuk rumah tiba-tiba, byurr kena semprot air.. Huhuhu, akhirnya kejar-kejaran walaupun orang-orang di kompleks pada ngeliatin. :D

ultah ke22, ulang tahun paling dramatis!! Ulang tahun di Rumah Sakit!! Tengah malam sang Bintang sesak nafas, dan datangnya cahaya itu. Hidayah tak terlupakan dari sang penguasa hidup.

Ulang tahun ke23, Mojokerto menjadi tempat berlalunya usia. Bersama sahabat barunya, menyusuri daerah ubalan Pacet, foto2 di tepi jurang, tengah sawah dll.

Ulang tahun ke 24, Pondok Pesantren Cabean tepat di tahun baru hijriyah. Pertama kali menghabiskan pergantian usia dengan puasa dan sholat bersama.

Semuanya terasa indah, dan indah..
Setiap hari usia kita yang kita kira ber'tambah' sebenarnya adalah berKurang, namun syukurilah sisa usia kita dengan bijak dan sebaik-baiknya. Maknai tiap usia yang tlah terlewati, yang buruk biarlah menjadi pelajaran hidup dan yang baik jadikan patokan untuk menjadi usia yang lebih bermanfaat kedepannya.

^.^
[Bintang's Story: Perjalanan Hati- La Tahzan]

Sang Bintang terduduk di sebuah tangga yang menghubungkan lantai 1 dan lantai 2 rumahnya. Terkesima dan takjub tatkala Allah menunjukkan keMahaBesarannya dengan hamparan kilau bintang tepat di atas langit rumah bintang.

"La Tahzan"
sang Bintang seolah mendengar kumpulan bintang diatasnya mencoba menghiburnya. "La Tahzan" sekali lagi terdengar sahutan kecil di hatinya ketika melihat kerlipan satu bintang yang paling terang di sebelah barat.

"iya, aku tak boleh larut dalam kesedihan ini. Bukankah sejak awal latar belakang kami memang berbeda? Dia memang seorang putra kyai yang memang disandingkan dengan gadis yang seDerajat dengan keluarganya?" sang bintang mulai berdialog dengan kumpulan bintang-bintang di atasnya.

"apalah arti anak yatim yang penuh kekurangan ini? Cinta dan sayang tulus saja itu tak cukup untuk memasukkan aku kedalam golongan keluarganya yang priyayi dan terhormat itu?! Iya, aku memang tak pernah mengeyam bangku pendidikan di pesantren sebanyak waktu yang dia habiskan di pesantren. Iya, mungkin ilmu agamaku tak seDerajat dengan keluarganya, namun aku bersyukur orang tuaku memberikan pendidikan agama yang bagus walau tak disekolahkan di pesantren"

"kehidupan kita berbeda" itu katamu

"iya, itu memang benar! Tapi jangan kau kira masyarakat biasa seperti kami tak memahami ilmu fikih, akhlak, al qur'an ataupun tasawuf! Antum salah! Walau tak berbekal ijazah pesantren kami punya mata dan telinga untuk mendapatkan ilmu agama yang di dapatkan di pesantren"

"La Tahzan Bintang" Deg! Suara itu terdengar lagi ketika aku mulai merutuki tiap kejadian yang ada antara aku dan pria itu.

"La Tahzan, jangan larut dalam kesedihanmu ukhti" seorang sahabat terus memompa semangatku lewat percakapan telephone dan sms.

"Jangan kita berharap pada makhluk ukhti, berharaplah kepada Allah yang telah menghendaki kita berdiri di garis waktu ini" kembali terngiang suntikan semangat dari seorang ukhti sahabat bintang.

"aku sudah mengatakannya dari dulu dik! Lupakan dia!!" deg! Terngiang kembali ucapan dari kakak angkatnya di Makkah yang tlah berulang kali menasehati agar tak mengharapkan laki-laki itu.

Deg! Deg! Deg!
Nyeri kembali mencubit sebuah organ di dada sebelah kirinya.
Tes!
Gumpalan liquid mulai menyumbat rongga hidung sang bintang. Perih dan membuat kepala seolah mau pecah, ya memang sehari sebelumnya infeksi di rongga pernafasannya itu memburuk setelah ter'Cekik' dasyatnya polusi dan cuaca di tengah kota.

Dengan menahan sesak, sang bintang kembali menatap hamparan bintang di atasnya.
Hamparan bintang itu kembali mengHipnotisnya, "La Tahzan bintang" mereka kembali memancarkan keanggunan sinarnya.

Semilir angin membelai halus wajah pucat sang bintang dan memainkan ujung jilbab hitam bintang hingga menutupi wajah sang bintang dan menghapus airmatanya.

"La Tahzan" kini sepoian sang angin ikut menghangatkan tubuh dan hati sang bintang yang mulai menggigil kedinginan.

"La Tahzan, innallaha ma'ana" deg!! Hati kecil sang bintang ikut bersuara.

"iya, aku tahu... Aku tak harus terlarut pada perasaan ini. Cinta tak harus memiliki, biarkan kisah yang tlah terjadi menjadi sebuah pembelajaran bahwa cinta yang hakiki hanyalah untuk sang Rabbul Izzati. Iya, aku harus kembali tersenyum dan meniti kembali jalan KeIkhlasan ini. Aku harus melangkah, berjuang dan berusaha lebih menjadi wanita yang tegar agar kelak mampu menjadi kekasihNYA"

sang bintang kemudian berjalan menyusuri tangga menuju ke kamarnya, dan beberapa menit kemudian dia terlelap di atas sajadahnya.

No comments: