Sunday 24 May 2015

Sudut Hati - Kerinduan

Namaku Samita. Ujung tahun ini usia 28 tahun. Apakah aku sudah menikah? Kebanyakan memang di usiaku sekarang ini minimal telah mempunyai 1-2 anak, seperti beberapa temanku. Namun di halaman pertama diaryku ini aku tak akan membahas kenapa aku belum menikah. Mungkin di lain kesempatan.

Samita dulu mungkin lebih aku sukai daripada Samita yang sekarang. Walaupun kenyataannya sosok samita yang kurindukan saat aku di usia 22 tahun. Samita si taat, Samita yang penyayang, lembut, sabar dan si Religius yang mempunyai cita-cita menjadi seorang penulis. Seorang penulis yang menulis melalui hatinya. Penulis yang memancarkan Kasih Ar Rahman. Ah. Aku merindui diriku yang dulu.

Pernah kutuliskan dalam sebuah buku berisi kata:kata motivasi dan sari hikmah dari setiap buku yang aku baca:

Samita adalah ~>

Pendamai bagi mereka yang berselisih.
Penerang bagi mereka yang berada di kegelapan.
Pemberi bagi mereka yang membutuhkan.
Penyayang bagi mereka yang membutuhkan kasih sayang.
Penolong bagi mereka yang membutuhkan  pertolongan.

Samita, aku hidup untuk cinta, perdamaian dan  ketulusan karena Allah Ta'ala.

Sekarang?
Haruskah aku mendeskripsikan bagaimana diriku yang sekarang? Aku sendiri mual dan malu karenanya. Tapi sungguh. Aku tak mau menjadi manusia seperti ini.
Walaupun aku mempertahankan hijab menutupi ujung rambut hingga ujung kakiku, tapi itu tak cukup menutupi kebusukan hatiku. Anyir dendam dan benci berbaur emosi perlahan merembeskan nanah yang busuk baunya.

Entah sejak kapan dan bagaimana hati ini berbalik 180 derajat. Kemana keimanan yang dulu mewangi tak hanya dalam kata namun juga dalam tindakan?
Kini wangi itu menguap dalam kebencian dan emosi. Aku tak mengerti, hatiku mudah sakit hati. Ketika yang terkasih pergi menjejakkan luka. Ketika Impian tak menemui nyata. Ah... kenapa hati ini begini jahat hingga mampu melontarkan lahar panas kepada sesama muslim.

Bukan satu dua orang, lebih dari sepuluh mungkin yang mengisi list Blokir di akun media sosial milikku. Orang-orang yang dulu menjadi tempat berbagi kisah, dan kirim aku menempatkannya pada sebuah tempat sampah. Namun sesungguhnya mereka bukan sampah, mereka hanya beberapa orang yang membuat hatiku terluka dan kecewa.

Apakah aku cemburu karena mereka telah menemukan kebahagiaan yang selama ini aku nantikan? Pernikahan.

Apakah karena Pernikahan saja? Iya, beberapa. Beberapa dari mereka adalah seseorang yang pernah mengisi hatiku, baik lewat ta'aruf atau pertemanan. Beberapa lainnya adalah yang dulunya sahabat tempat berbagi, namun kehidupan barunya menghempaskanku ke dimensi lain. Mereka berubah!! Sisanya? Mereka yang begitu mudah mencabik hati.

Akankah ini sosokku yang sebenarnya? emosional, mudah marah, sakit hati dan penyakit hati lainnya.

Apa karena semua kekecewaan yang aku alami menyebabkan aku menjadi seperti ini?

Aku muslim, tapi pada kenyataannya sikapku ini belum mencerminkan seorang Muslimah Sholihah kan!?

Rindu.

Ya, sekali lagi aku merinduinya.  Merindui sosokku yang dulu.

Samita, aku merindukan sosokmu dulu.

Samita,
Pasuruan, 24 Mei 2015