Saturday, 19 March 2016

Karena Facebook


Jum'at pagi telah tiba, yeah aku paling suka hari penuh barokah ini. Kalian tahu kenapa? Ya karena hari adalah hari terakhir bersekolah.

Di sekolahku, hari sabtu dan minggu libur. Oh ya, aku belum mengenalkan diri. Namaku Aisyah Kusuma Wardani, aku sekarang duduk di bangku kelas empat SDIT Insan Mutiara.

"Aisyah, ayo turun sarapannya sudah siap!" teriak Kak Adinda.

"Iya kak Ais turun sebentar lagi" kataku setengah berteriak. Setelah mengenakan jilbab cokelatku, aku bergegas turun sambil menenteng ransel sekolahku yang cukup berat.

Melelahkan juga setiap hari begini, setiap hari tas sekolah terasa semakin berat. Aku berkeinginan tukar kamar dengan kak Adinda yang berada di lantai satu. Salahku sih dulu mau saja pindah ke lantai atas. Tapi kan dulu kaki kak Adinda patah, jadinya kami disuruh tukeran kamar deh sama bunda. Hisk.

"Aiiiiiis!!!! Kamu lagi apa sih? Lama banget ndak nongol-nongol" gerutu Kak Adinda. "Nanti kakak tinggal lho!" sambung kak Adinda.

Bunda dan Ayah hanya senyum-senyum melihat tingkah kami. Setiap pagi memang selalu ramai begini, hihi. Aku suka sekali godain kak Adinda, aku memang sengaja menggodanya dengan berlama-lama di kamar. Karena aku suka sekali melihat pipi tembemnya yang memerah ketika marah atau emosi.

Adinda Chika Ayu, aku memanggilnya kak Adinda atau ndutz kalau sedang ingin menggodanya. Kak Ndutz, ups! Kak Adinda bertubuh subur namun cantik. Walaupun bertubuh subur kak Adinda jago Karate lho! Kakak sering sekali menang kejuaraan karate mulai SD hingga kini kelas dua SMP.

Tiap pagi kami berangkat sekolah bersama mengendarai sepeda onthel. Namun aku lebih suka dibonceng kakak walaupun aku mempunyai sepeda sendiri. Kak Adinda juga sama sekali tidak keberatan karena sekolah kakak melewati sekolahku dan sekalian olah raga katanya.

Pagi ini, setelah sarapan dan pamit kepada Ayah dan Bunda kami segera berangkat ke sekolah. Kami bercanda seperti biasa sepanjang perjalanan. Kak Adinda adalah kakak yang sangat baik dan juga lucu.

Sesampainya di kelas aku segera duduk di bangku nomor dua dari depan. Sekarang masih pukul setengah tujuh, sekolah sudah terlihat ramai. Aku melihat ke arah lapangan sekolah, teman-teman terlihat sedang bermain menunggu jam tujuh.

Setelah bel berbunyi kami segera berlari ke lapangan untuk melakukan senam pagi bersama para Ustad dan Ustadzah. Tak terasa sudah tiga puluh menit berlalu, sekarang waktunya kami masuk ke jam pelajaran pertama. Oh ya, setiap hari jum'at pada jam pelajaran pertama diisi oleh kegiatan estrakulikuler atau disingkat eskul. Tahun ini aku memilih eskul menulis. Aku ingin sekali menjadi penulis dan membuat cerita seperti yang ada dalam buku-buku yang sering aku baca.

Setelah mengambil alat tulis aku segera menuju ke kelas eskul. Hari ini adalah pertemuan pertama di semester ini, sesampai di kelas aku bingung harus duduk dimana soalnya kelas sudah ramai dan hampir semua kursi sudah terisi.

"Hai Ais, duduk sama aku saja sini" sapa seorang anak sambil melambaikan tangannya padaku.

Aku perlahan berjalan ke arah anak itu mengingat-ingat dimana kiranya pernah bertemu anak itu. kenapa dia bisa tahu namaku? Sesampai di bangku dia kembali tersenyum padaku, namun aku masih tidak bisa mengingatnya.

"Hi, aku Nadya. Kamu pasti belum mengenalku ya?" sapanya.

"I.iya... Bagaimana kamu bisa tahu namaku?" tanyaku.

"Kamu tidak tahu y? Aku kan tetanggamu, aku baru pindah ke perumahan dimana kamu tinggal." jawab Nadya sambil tersenyum.

"Oh begitu, tapiiii..." sebelum perkataanku selesai tiba-tiba seorang ustadzah memasuki kelas dan kemudian mengucapkan salam.

"Assalamu'alaikum anak-anak..." sapa Ustadzah berbaju biru dan memakai kacamata berbingkai merah muda. Cantik sekali.

"Wa'alaikumsalam Ustadzah" jawab kami serentak.

Setelah mengucapkan salam Ustadzah cantik itu memperkenalkan sekilas tentang dirinya. Setelah itu kami diberikan motivasi menulis, bagaimana cara menjadi seorang penulis cilik dan kami kemudian juga dipersilahkan memperkenalkan diri masing-masing.

"Ustadzah Najma juga suka menulis cerita?" tanya Yeni.

"Tentu saja, alhamdulillah. Kalau kalian mau membaca tuliaan Ustadzah silahkan lihat di FB saya" jawab ustadzah Najma sambil menuliskan alamat FBnya di papan tulis.

"FB itu apa Ustadzah?" tanya Nadya dengan suara yang lantang dan tangan yang diangkat ke atas. Serentak teman-teman tertawa dan menyoraki teman sebangkuku itu.

"Hahaha, hari gini tidak tahu FB" kata Yeni sambil tertawa terbahak-bahak.

"Wah, anak baru itu berasal dari planet lain ya?" timpal Ines.

"Hahaha..." tawa teman yang lain mulai bersautan.

Ustadzah Najma kemudian mulai menenangkan suasana dan melanjutkan dengan materi kepenulisan. Namun tiba-tiba aku mendengar isakan tangis di sebelahku.

Benar saja, Nadya menangis perlahan sambil menyembunyikan wajahnya dengan kedua tangannya. Aku kemudian menggoyang-goyangkan tubuhnya sembari bertanya kenapa dia menangis. Tiba-tiba Ustadzah Najma mendatangi bangku kami kemudian menanyakan hal yang sama.

"Kamu kenapa menangis Nadya?" tanya Ustadzah Najma. Tidak ada jawaban dari Nadya melainkan suara isakan tangis yang bertambah keras. Ustadzah kemudian memeluk Nadya dan menghapus airmata Nadya. Perlahan-lahan Nadya mulai tenang dan berhenti menangis.

Ustadzah kemudian maju ke depan kelas dan menatap satu persatu murid eskul. Ustadah terlihat menghembuskan nafas pelan beberapa kali sambil beristighfar. Kemudian beliau menasehati kami bahwa sesama muslim tidak boleh saling menyakiti karena itu termasuk perbuatan yang tidak baik. Kami dinasehati agar tidak boleh mengejek atau mencela orang lain apalagi teman sendiri.

Sebelum mengakhiri kelas eskul, ustadzah meminta kami semua meminta maaf kepada Nadya. Kamipun meminta maaf dan menjabat tangan Nadya kemudian kembali ke kelas masing-masing.

Setelah bel istirahat berbunyi aku bergegas menuju ke kantin untuk membeli makanan. Di kantin aku melihat Yeni dan teman-temannya membahas peristiwa di kelas eskul menulis tadi. Mereka menertawakan Nadya yang mereka nilai sangat kampungan karena FB saja tidak tahu. Tanpa mereka sadari, Nadya berada di dekat mereka. Nadya terlihat murung dan hendak menangis. Aku segera menghampirinya dan mengajaknya duduk di bangku taman. Karena waktu iatirahat di hari jum'at sangat pendek kami memutuskan melanjutkan obrolan kami sepulang sekolah nanti.

Bel pulangpun berbunyi, aku segera mengemasi buku-buku dan peralatan tulis dan memasukkannya ke dalam ransel. Setelah selesai berdoa aku berlari kecil ke luar kelas menuju ke pintu gerbang. Dari kejauhan terlihat Nadya sudah menunggu di depan becak jemputannya.

"Ais, ayo pulang bareng naik becak jemputanku" ajak Nadya.

"Aku kira kita akan berjalan kaki pulang ke rumah" jawabku.

Kami berduapun naik ke becak dan pelan-pelan kayuhan tukang becak bertambah cepat, becakpun melaju menuju ke Perumahan Bumi Indah tempat tinggal kami.

Setelah sampai di depan rumahku aku segera turun, aku mengajak Nadya main ke rumah namun dia berkata kalau dia mau ganti baju dan makan siang dulu kemudian dia akan berkunjung ke rumah.

Sore harinya Nadya datang ke rumah, dia meminta maaf karena datang sore hari karena dia tadi tertidur setelah makan siang. Kami berdua kemudian berbincang di ruang tamu.

"Kamu masih sedih karena peristiwa tadi?" tanyaku pada Nadya. Nadya menatapku dengan tatapan yang sedih.

"Tidak juga sih, hanya saja aku kan baru pindah ke sekolah baru namun di hari pertama sudah diejek teman-teman. Aku bukannya tidak tahu apa itu Facebook tapi aku baru tahu kalau Facebook disingkat atau disebut FB." jelas Nadya dengan mata yang memerah. "Aku kan ingin mempunyai banyak teman." Sambungnya.

Aku menggangguk pelan, tanpa disadari tiba-tiba kakakku duduk di sebelahku dan membuka Laptopnya.

"Ada apa nih, kok kamu terlihat sedih?" tanya kak Adinda pada Nadya. Kamipun menceritakan kejadian tadi kepada kak Adinda.

"Oke, kakak paham. Hanya gara-gara FB kamu diejek teman-teman ya? Baiklah, kakak paham dan sekarang kakak punya ide nih!" kata kakakku sambil tersenyum penuh misteri.

Sore itu kak Adinda membuatkan kami berdua akun FB dengan nama Pena. Nama Penaku Pelangi Aisyah sedangkan nama pena Nadya adalah Kejora Nad. Kakak mengajari kami cara menggunakan FB dan menerbitkan tulisan kami di catatan FB, tak lupa kami mengajukan pertemanan dengan FB ustadzah Najma. Mulai saat itu kami sering membaca tulisan-tulisan yang dibuat ustadzah dan kami juga mulai berlomba membuat tulisan yang kemudian kami tulis lagi di catatan FB. Tak terasa waktu berlalu dengan cepat, dua bulan berlalu sejak Nadya diejek teman-teman.

Beberapa bulan kemudian di kelas eskul menulis ustadzah menceritakan kalau ada teman FBnya yang seusia dengan kami seringkali membuat tulisan yang bagus di catatan FBnya, ustadzah Najma menyuruh kami mencontoh kedua anak di FB itu. Setelah menyebutkan nama kedua FB tersebut aku dan Nadya saling memandang kemudian tersenyum bersama.

Kami berdua memang sengaja tidak menjadikan nama asli kami sebagai nama FB asal usulan kak Adinda. Namun ternyata ustadzah Najma telah mengetahuinya secara diam-diam. Ustadzah Najma juga ternyata mengirimkan karya-karya kami ke sebuah penerbit dan kemudian diterima dan sedang proses percetakan. Kami mengetahui itu setelah orang tua kami mendapat panggilan ke sekolah menemui ustadzah Najma.

Malam harinya aku dan Nadya bertemu di rumah kami. Kak Adinda tak henti-hentinya memuji kami, begitu pula Ayah dan Bunda.

"Berkat Facebook ya kak?" celetukku.

"Iya nih, gara-gara Facebook!" sahut Nadya. Kamipun tertawa bersama.

Satu bulan kemudian kedua buku kami terbit. Kelas menulis heboh karena akan ada penulis buku anak yang akan datang ke kelas eskul menulis seperti kata ustadzah Najma minggu kemarin. Setelah memasuki kelas dan mengucapkan salam ustadzah menceritakan tentang kedua anak yang hobi menulis di FBnya dulu dan ternyata mereka ada di kelas eskul menulis dan mereka telah menjadi seorang penulis.

Ustadzah kemudian mengeluarkan kedua buku dan menyebutkan biodata penulis. Kelas menjadi semakin heboh setelah mengetahui aku dan Nadya ada kedua penulis cilik itu. Kami berdua kemudian maju ke depan kelas dan menceritakan dari awal bagaimana kami bisa menjadi penulis. Kami menceritakan pula tentang peristiwa diawal pertemuan FB dulu.

Aku melihat Yeni dan teman-teman yang dulu mengejek Nadya menunduk malu. Namun kami berterimakasih kepada mereka karena tanpa peristiwa itu kami belum tentu bisa seperti sekarang ini. Kami kemudian memberikan masing-masing buku kami kepada teman-teman termasuk Yeni. Yenipun kemudian meminta maaf dan berjanji tidak akan mengejek orang lain lagi.

Sejak saat itu eskul menulis menjadi eskul favorit di sekolahan kami sehingga banyak murid yang lain yang ikut mendaftar eskul menulis. Kami senang sekali bisa menjadi penulis cilik dan memberi motivasi bagi murid lain untuk menulis. Kami selalu ingat slogan yang diajarkan ustadzah Najmah Dengan kata-kata kita bisa ubah dunia. Kami berharap bisa menjadi penulis yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.          

Cerpen Anak ini ditulis oleh Bintang Arini

No comments: