Sunday 22 May 2016

Sudut Hati - Di Ujung Harap

Aku goyah!

Ragaku rapuh!

Jiwaku mengering!

Mata ini masih memanas, beriringan dengan denyar di kepala yang makin riang bertaluan. Detik menjalari menit, terus berulang tanpa menilik kembali diri yang mulai memutih.

Semalam baru aku memimpikannya, melihat pantulan diriku dengan wajah yang memutih dengan darah yang terus mengucur dari saluran pernafasan. Itukah pertanda datangnya hari ini?

Denyar-denyar itu masih menggema.

Jangan pikirkan dan takut kehilanganku, kalau masih ada keraguan akanku, karena keadaanku masih begini adanya. Tapi pikirkan ibu dan keluarga terutama masa depanmu, mungkin temanmu terbaik menurut Allah. Maafkan aku belum bisa memberi kepastian yang diharapkan dirimu dan keluargamu. Jangan jadi orang yang bimbang dan ragu untuk mengambil keputusan, mohonlah petunjuk kepada Allah dengan beristikharah dan memohon yang terbaik menurut Allah.

Semakin menderas, dan rasa kehilangan itu semakin nyata. Sikap pemyabar, kedewasaan dan sosok pelindungku lamat-lamat menjadi sekelebat bayang.

Di dalam hatimu sudah ada keraguan dan bimbang. Biarlah aku akan datang dan menyatukan kalian, karena aku sayang padamu.

Tak lagi menderas, namun air langit serasa tumpah dan mengguyurku tanpa ampun. Aku tenggelam dan semakin larut dalam putaran ombak. Aku mencari-cari oksigen namun air justru memenuhi rongga mulutku dan mulai menggenangi paru-paru. Gelap!

Entah dalam menit keberapa mataku kembali menangkap cahaya, kemudian pendengaran mulai diperdengarkan deru kendaraan. Tak asing, aku mulai bangkit dari ranjangku. Ya, aku masih menginjakkan raga di tempat yang sama. Lalu apakah yang tadi itu?

Kupandangi layar HP, pesan-pesan itu nyata. Aku kembali merasakan denyar itu. Lunglai, kupaksakan diri mengambil air wudhu. Hampir saja memasuki ashar.
Berserah kembali. Tiada jalan selainNya.

Lagi-lagi! Denyar itu menghalangiku khusyuk. Setiap kali kening berpaut sajadah, semakin menggema denyar itu. Ku pasrah.

Allah, engkau yang tahu... Engkau yang dekat... Engkau yang Melihat... Engkau yang merencanakan... Engkau yang menentukan...

Jika rasa cinta ini sungguh bukan untuk lelaki yang Engkau tuliskan di lauhul mahfuz, sirnakanlah!

Jika cinta ini makin menjauhkanku padaMu, dan pada lelaki yang kau ciptakan aku dengan rusuknya. Mudahkanlah hamba tuk Ikhlas.

Allah, diantara dua lelaki ini Engkaulah yang Maha tahu siapa. Maka mudahkanlah.

Allah, ikatlah hatiku hanya untuk menggapai CintaMu saja. Hapuskanlah rasa yang belum halal ini, dan tumbuhkanlah nanti untuk yang sudah halal.

Allah, maafkanlah hamba yang terlena yang belum halal. Maafkan hamba yang goyah. Maafkan hamba yang lalau. Maafkan hamba yang ragu.

Allah...
Hamba tak ingin menyakiti hati dari masing-masing lelaki itu.
Hambapun tak ingin mengecewakan ibu dan semua keluarga.

Allah...
Pilihkanlah!
Kemudian bimbinglah langkah ini menuju pilihanMu...

Allah...
Hamba ini buta, buta tanpa petunjuk dari cahayaMu...

Allah...

Allah...

Allah...

Dekaplah hamba...

Pasuruan, 22 Mei 2016

No comments: