Monday 23 May 2016

Aku Jangkau Masa dengan Tulisan

Jika ditanya sejak kapan aku mulai menulis? Maka aku akan berusaha keras mengingatnya, walaupun sulit tuk memastikannya. Aku mulai bisa memegang alat tulis sejak usia taman kanak-kanak dan sejak saat itu pula aku rasa aku perlahan namun pasti mulai menulis. Secara harfiah memang!

Jika yang kau maksud menulis dalam artian mencipta atau merealisasikan gagasan, angan atau kata hati, hemm... mari ku ingat kembali... sepertinya sejak usia sekolah dasar aku sudah memiliki Diary sendiri, dan mulai rajin menumpahkan semua kata hati, uneg-uneg, rekaman kejadian atau sekedar menulis kata Bosan.

Jika kau tanya kembali kenapa aku menulis atau mengapa aku ingin menjadi penulis, baiklah. Dengan senang hati aku menceritakannya.

Aku tak suka banyak berbicara dan kurang bisa menyampaikan tujuan dengan kata-kata. Mungkinkah karena sedari kecil aku memang pendiam dan tak banyak mengeluarkan suara sejak masih menjadi bayi merah. Orang tuakupun panik dikira aku terlahir menjadi Tuna Wicara. #ups

Teman-teman menganggap aku sombong karena hemat bicara, atau lebih tepatnya lagi poendiam karena memang tak tahu bagaimana aku memulai sebuah percakapan. Namun semua itu kini terbantahkan. Aku berbicara dengan caraku sendiri, dan dengan menulis aku berbicara. Dengan menulis aku perlahan bisa menyuarakan semuanya, perlahan lewat tulisan kemudian lancar menjadi lisan.

Kalian pernah merasa sangat dekat dengan kematian?

Aku pernah, dan itu sangat menakutkan. Aku merasa usia yang aku lewatkan tiada guna. Hanya rutinitas, basa-basi, dan menghamburkan waktu tanpa manfaat. Untukku maupun orang lain.

Semenjak pertengahan tahun di 2009, aku seolah mendapat kembali diriku. Jiwaku. Dan tujuan hidupku. Semua ujian yang terbentang di tahun 2009 yang sempat membuatku putus asa, malu, depresi, dan kehilangan jati diri. Kini semua itu tak sia-sia. Bukankah Allah akan mengganti apa yang telah hilang dan memberikan apa yang kita butuhkan?

Dengan tubuh yang masih lemah, aku mulai menata diri. Menata iman. Kukumpulkan semua tulisan yang pernah aku buat, aku menyelami masa dengan setiap kata yang terbaca. Aku menengok diriku sendiri dari kata-kata yang aku tulis.

Selama masa pemulihan fisik, aku lebih banyak menulis dan membaca selain beribadah tentunya. Kutemukan kembali sinarNya yang sempat redup di hatiku. Aku melahap semua buku yang terhidang, beberapa tanganpun terulur memberikan atau sekedar meminjamkan buku-buku motivasi dan agama. Sungguh, maka nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan?

Jika engkau menanyakan sekali lagi, mengapa aku menulis aku akan menjawab: Akan Ku Jangkau Masa dengan Tulisan.
Menjangkau masa? Apakah artinya itu?

Aku tak ingin hanya hidup di masa ini, akan aku jangkau masa-masa dikesudahan aku mati. Biarlah aku tak bisa menemui orang yang aku tinggalkan, asal mereka bisa menemuiku dalam sajak atau tulisanku.

Teringat, bagaimanapun kekasih kita Rasulullah saw telah ribuan tahun meninggalkan kita. Kisah dan suri tauladannya mampu menyinari sanubari dan hidup kita sampai sekarang seolah beliau masih disini, membimbing kita. Entah melalui Al Quran maupun buku-buku yang menuliskan kisah beliau.

Kisah-kisah penemu Muslim ataupun para pembuat sejarah. Bagaimana kita mengenal seseorang yang telah lama purna meninggalkan jasad? Ya, kita bisa membacanya dari kumpulan sejarah yang juga ditulis oleh manusia. Begitupun aku...

Aku ingin tetap hidup walaupun ruh telah meninggalkan jasad. Aku ingin tetap memberikan kebaikan, hikmah dan pengalaman. Aku, ingin merangkul anak cucuku dengan tulisanku. 

Seperti kata Ali bin Abi Thalib: 
Semua penulis akan meninggal, hanya karyanyalah yang akan abadi sepanjang masa.  Maka tulislah yang akan membahagiakan di akhirat nanti.

Dan jika engkau tanyakan sekali lagi, mengapa aku menulis. Akan ada sekian banyak alasan yang bermunculan, dan mungkin kau akan bosan atau mengantuk jika aku sudah berkicau tentang mengapa aku menulis. :P

Oke, beberapa poin saja. Ndak banyak kok... diiikiiiit aja... 

Kau tahu apa itu katarsis? Yang dipopulerkan oleh om Sigmund Freud tuh... hihi..

Katarsis merupakan salah satu teknik untuk menyalurkan emosi yang terpendam. Semua orang pasti dong pernah emosi!? Iya kan!? Ndak boleh bohong lho ya!? :D

Nah, sekarang tergantung diri kita mau menyalurkannya dengan positif atau negatif. Membangun atau malah merusak. Hayo pilih mana?

Kalau aku pribadi nih, pernah sih beberapa kali menyalurkan emosi di jalan ke-negatif-an. #eh. Marah, sedih, bahkan kadang merusak barang atau menyakiti diri. Namun ketika emosi sudah tenggelam lalu aku mulai sadar. Itu semua tidak ada manfaatnya, tidak ada penyelesaian bahkan harus sampai melukai atau menyakiti orang di sekitar dengan lisan kita yang kadang seperti bom atom tanpa kita sadari. Betul tidak!?

Istighfar! Pejamkan mata! Tundukkan kepala dan mulailah berdamai dengan emosi.

Jika memang emosi masih ada percikan, ambillah alat tulis atau gadget dan menulislah! Luapkan saja lewat tulisan. Ada pepatah mengatakan menulislah ketika mabuk dan tinjau kembali ketika sadar.

Kalau untukku, IT’S WORK!!
MasyaAllah.

Menemukan Jati Diri, ya kau akan menemukan atau istilah kasarnya berkaca! Kau akan menemui pantulan dirimu lewat tulisanmu. Hingga kau akan menyadari oh, seperti inikah diriku ketika marah? Oh, ternyata aku jenius! Aku bisa menuliskan ide gila seperti ini, Fabulous!  Coba tengok kembali semua tulisan yang pernah kau tulis. Dan nilailah dirimu, atau mungkin kau akan menemukan harta karun yang tak ternilai di dalamnya.

Lalu, apa yang kau tunggu menulislah!!!

Pasuruan, 24 Mei 2016

No comments: