Thursday 19 May 2016

Kado Misterius Randi


Augusta Randi Permana, siswa kelas enam di sekolah Ar Riyadh pagi ini tampak malas bangun dari tempat tidurnya. Diliriknya jendela kamarnya, mentari mulai menyinari dan masuk menembus kaca jendela. Perlahan hidungnya mencium aroma wangi omlete kesukaannya. Bergegas Randi berlari ke arah dapur.


Sesampai di dapur Randi terdiam, matanya menunduk dan perlahan kakinya menjauh dari dapur. Terpancar kekecewaan di matanya yang perlahan mulai basah.

“Lho, Randi mau kemana?” tanya Ayah. Randi tak menghiraukan pertanyaan ayah dan terus melangkah menuju kamarnya. Ayahpun kembali serius dengan omlete yang dimasaknya.

Tok tok tok. Pintu kamar Randi diketuk oleh ayah dari luar.


“Assalamu’alaikum, ayah boleh masuk kan Ran?” tanya ayah sambil membuka pintu dengan tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya memegang nampan berisi omlete dan segelas susu.

Ayah kemudian meletakkan nampan di meja belajar Randi. Randi masih menunduk di atas tempat tidurnya dan sesekali menyeka airmatanya.

“Aku rindu Bunda dan Jelita yah!” kata Randi dengan terisak. Ayah tersenyum pelan, ayah tahu Randi sangat merindukan Bunda dan adiknya namun ayah tak banyak tanya.

“Iya ayah tahu, InsyaAllah setelah keadaan Oma Yanti membaik Bunda dan Jelita akan pulang Ran!” jelas ayah.

“Tapi kapan yah? Sudah lebih dari seminggu Bunda dan Jelita ke Bandung menemani Oma, tapi kenapa hanya Jelita yang diajak tapi Randi tidak?” protes Randi menatap wajah ayah yang kebingungan mencari alasan yang bisa diterima Randi.

“Randi kan sekarang sudah kelas enam, sebentar lagi ujian kelulusan.” Jelas ayah. Randi mulai berpikir. Di dalam hati Randi mengiyakan apa kata ayah.

“Tapi Randi kangen yah! Kangen masakan bunda, senyum bunda, pelukan bunda dan kangen jelita yang usil plus cerewet itu.” Kata Randi.

“Iya, ayah juga kangen. Bagaimana kalau setelah sarapan nanti kita Video call bunda dan Jelita?” usul ayah. Mata randi perlahan bersinar. Dia kemudian segera melahap omlete yang dibuat oleh ayah.


***

“Selamat pagi Ran!” sapa Dito sahabat Randi.

“Assalamu’alaikum dulu dong Dit!” serobot Rindu yang tahu-tahu sudah ada di tengah-tengah Randi dan Dito. Rindu dan Dito adalah sahabat karib Randi, mereka bertiga juga tinggal di komplek perumahan yang sama, jadi Rindu dan Dito tahu kalau bunda dan adiknya Randi pergi ke bandung menemani Oma Randi yang sedang sakit.

“Pasti kamu kangen Bunda dan Jelita ya?” tanya Rindu sambil meletakkan tasnya di bangku.

“Kamu kok tahu?” tanya Randi tidak mengerti.

“Iya, kemarin setelah kamu Video call dengan bunda dan Jelita, adikmu telepon aku dan menyuruh aku agar menghiburmu jika kamu sedih. Hayooo, kemarin kamu menagis kan waktu video call dengan bunda?” ledek Rindu.

“Ihh, siapa sih yang menangis?” elak Randi yang kemudian pergi mengajak Dito keluar kelas meninggalkan Rindu yang cemberut karena dicuekin.

“Ya sudahlah, mungkin Randi malu ketahuan menangis. Hihi. Dasar cowok!” gumam Rindu.

Kriiing... tak terasa bel istirahat berbunyi. Para murid sekolah dasar Ar Riyadh segera berhamburan keluar kelas dan segera menuju ke kantin. Seketika kelas sepi, hanya terlihat beberapa murid yang tinggal di kelas termasuk Randi dan kedua temannya.

“Kalian tidak jajan ke kantin?” tanya Rindu pada Dito dan Randi yang duduk di belakang bangku Rindu.

“Kebetulan uang jajanku tadi ketinggalan di rumah” jawab Dito sedih.

“Kalau kamu kenapa tidak jajan Ran?” Tanya Rindu.

“Aku malas makan, aku kangen masakan bunda.” Jawab Randi. Dito dan Rindu saling berpandangan. Mereka mengerti perasaan Randi, tapi mereka tidak tahu harus bagaimana agar Randi tidak sedih.

“Tapi kamu harus tetap makan Randi, kan kasihan kalau bunda dan Jelita melihat kamu jadi kurus ketika video call.” Hibur Rindu. Rindu kemudian mengeluarkan kotak bekal dari laci bangkunya.

“Semalam aku dan bunda membuat rainbow cake lho! Rasanya enak! Ayo dimakan, aku sengaja membawakan untuk kalian!” kata Rindu sambil menyodorkan kotak bekal berisi beberapa potong rainbow cake.

Randi terlihat enggan, namun tak tega dan tak ingin melihat rindu bersedih diapun akhirnya mengambil satu potong rainbow cake, sedangkan Dito yang gendut dengan lahap menghabiskan potongan pertamanya dan hendak mengambil potongan kedua. Randi dan Rindu hanya tertawa melihat Dito yang hobi makan itu.

“Oh ya, minggu depan kamu kan ulang tahun Ran!?” tanya Rindu tiba-tiba.

“Iya. Tapi sepertinya ulang tahunku kali ini sepi. Bunda dan jelita kan sedang di bandung.” Jawab Randi sedih.

“Jangan sedih begitu dong Ran, mudah-mudahan saja Oma segera pulih sehingga Bunda dan Jelita bisa pulang” hibur Dito dengan mulut yang penuh.

“Huss, kamu itu! Habiskan dulu makananmu baru deh bicara!” sahut Rindu. Dito dan Rindu kemudian terlibat perang kecil, Randipun kemudian tertawa melihat ulah kedua sahabatnya.

“Ha ha ha, gitu dong Ran. Senyuuum, baru deh kamu begini!” kata Rindu sambil mengacungkan kedua ibu jarinya.

***

Beberapa hari menjelang ulang tahun Randi yang jatuh di hari minggu, Randi terlihat tidak bersemangat. Baik di rumah maupun di sekolah Randi terlihat murung. Walaupun ayah menjanjikan sebuah pesta kecil untuknya di sebuah rumah makan favorit Randi, Randi tetap saja murung.

Aku hanya ingin ada bunda dan Jelita!

Ketika pagi hari di hari ulang tahun Randi, Ayah pamit keluar untuk mempersiapkan pesta di rumah makan Pelangi Keluarga. Ayah berpesan agar Randi segera mandi dan bersiap-siap ke rumah makan bersama Rindu dan Dito yang akan menjemputnya pukul delapan.

Dengan malas Randi bangun dari tempat tidurnya dan berjalan ke kamar mandi. Setelah selesai mandi, Randi memakai baju yang sudah ayah siapkan di atas meja belajarnya. Tiba-tiba Randi meneteskan airmatanya. “Apalah arti pesta ulang tahun tanpa bunda dan Jelita?” kata Randi sambil terisak.

Ting Tong Ting Tong

“Assalamu’alaikum Randy!” teriak Dito dan Rindu bersamaan. Randi kemudian bergegas menyeka airmatanya dan berlari ke pintu depan.

“Iya, iya sebentar! Wa’alaikumsalam!” jawab Randi sambil membuka pintu.

“Ayo berangkat!” ajak Rindu. Mereka bertigapun segera berjalan menuju keluar rumah. Namun tiba-tiba Randi melihat kotak surat milik keluarganya terbuka, Randi kemudian melihat ada sebuah kotak kecil dan sepucuk surat di dalam kotak surat.

Untuk Randi.

Itu yang tertulis di kotak kecil berwarna biru yang terikat bersama sepucuk surat yang berwarna sama. Tanpa ba bi bu, Randi membuka kotak kecil itu dan membaca surat itu.

Selamat Ulang Tahun kakak Randi.

Semoga panjang umur dan selalu sehat ya!! Ini surat dari jelita, ya walaupun bunda sih yang menulisnya. Hehehe.

Jelita dan bunda kangen sama kakak Randi, maafkan kami ya karena tidak bisa merayakan ulang tahun kakak. Doakan Oma lekas sembuh ya kak, agar kita bisa kumpoul lagi.

Salam sayang dari adikmu yang cantik. :)

Oh ya, jangan lupa jam tangannya dipakai ya. Itu Jelita yang pilihkan lho, tapi bunda yang bayar. Hihihi.

Randi kemudian memakai jam tangan yang dibelikan bunda dan jelita, kemudian mereka bertiga naik taksi yang sudah dipesan oleh ayah menuju ke rumah makan.

Sesampainya di rumah makan Randi disambut oleh Ayah dan beberapa teman sekolah Randi. Sesampainya di dalam rumah makan Randi disuruh meniup kue dan membuat satu permohonan.

“Apa yang kamu minta Ran?” tanya Ayah.

“Aku berdoa semoga Oma segera pulih sehingga bunda dan Jelita segera pulang” jawab Randi.

“Aamiin” serentak teman-teman Randi dan ayah meng-aamiini doa Randi.

“Oh ya, mari kita buka kadonya!” kata Ayah.

“Baik yah!”jawab Randi.

“Dimulai dari yang paling besar saja Ran!” usul Rindu sambil tersenyum ke arah ayah Randi.

“Wahh, besar sekali kado ini! Dari siapa ya ini?” tanya Randi pada Ayah. Randi kemudian menanyakan kepada teman-temannya siapa yang membawa kado yang super besar itu. Namun teman-temannya tidak ada yang mengaku.

“Misterius sekali” gumam Randi

“Sudahlah, sekarang coba kamu buka!” perintah Ayah. Perlahan Randi membuka kotak kado yang ukurannya satu kali satu meter itu. Setelah terbuka tiba-tiba...

Surprise!!!” Tiba-tiba Jelita muncul dari dalam kardus sambil menunjukkan tawanya yang khas.

“Selamat ulang tahun kakaakk!” ucap Jelita dengan semangat. “huuh, kakak kelamaan nih buka kadonya Jelita kan kepanasan, ayah juga sih! Lubangnya kurang besar jadi kan panas banget di dalam!” gerutu Jelita.

“Selamat Ulang Tahun Randi” kata Oma dan Bunda yang tiba-tiba muncul dari dalam rumah makan. Oma Yanti duduk di atas kursi roda yang Bunda dorong. Randi masih melongo di tempatnya.

“Kak! Kaaakk!! Kok malah diem sih?” tanya Jelita. Tiba-tiba terdengar isakan, semua menoleh ke arah Randi yang terisak.

“Lho kok malah nangis? Tidak senang ya bertemu bunda, Jelita dan oma?” kata bunda sambil memeluk Randi.

“Ran, Randi bahagia Bunda...” jawab Randi sambil membalas pelukan bunda.

“Ihh, cowok kok nangis sih?” celetuk Rindu, wajah Randi memerah karena malu dan kemudian menyeka airmatanya.

“Sudah-sudah hari ini kan hari ulang tahunnya Randi, kok malah nangis sih yang berulang tahun” kata Ayah.

Bunda kemudian meminta maaf kepada Randi, sebenarnya Oma sudah membaik seminggu yang lalu dan bunda berencana pulang secepatnya tapi jelita tiba-tiba memiliki ide untuk ngerjain kakaknya. Bunda juga berjanji tidak akan pergi lagi, karena sekarang Bunda akan merawat Oma di rumah sehingga tidak perlu ke Bandung lagi.

Randi kemudian terlihat ceria lagi, dan dia memaafkan bunda serta adiknya.

“Sekarang ayo saatnya kita potong kuenyaaa!!” celetuk Dito semangat.

“Ayooo!!” sahut Randi dan Rindu bersama-sama.

“Lho, lho... keluarin Jelita dulu dong!!” teriak Jelita. Semua menoleh ke arah Jelita yang masih berdiri di dalam kardus sambil cemberut.

“Ha ha ha, kamu disitu aja dek! Suruh siapa ngerjain kakak” seru Randi sambil tertawa. Ayah, bunda, oma dan teman-teman Randi semua tertawa melihat Jelita yang berpipi tembem itu cemberut.

“Sini sini Ayah bantu” sahut Ayah sambil mengangkat tubuh Jelita dari dalam kotak.

“Ayo berpesta!!” celetuk Jelita.

“Ayoo!!!”


               
               
               

No comments: