Augusta
Randi Permana, siswa kelas enam di sekolah Ar Riyadh pagi ini tampak malas
bangun dari tempat tidurnya. Diliriknya jendela kamarnya, mentari mulai
menyinari dan masuk menembus kaca jendela. Perlahan hidungnya mencium aroma
wangi omlete kesukaannya. Bergegas
Randi berlari ke arah dapur.
Sesampai
di dapur Randi terdiam, matanya menunduk dan perlahan kakinya menjauh dari
dapur. Terpancar kekecewaan di matanya yang perlahan mulai basah.
“Lho,
Randi mau kemana?” tanya Ayah. Randi tak menghiraukan pertanyaan ayah dan terus
melangkah menuju kamarnya. Ayahpun kembali serius dengan omlete yang dimasaknya.
Tok
tok tok. Pintu kamar Randi diketuk oleh ayah dari luar.
Ayah
kemudian meletakkan nampan di meja belajar Randi. Randi masih menunduk di atas
tempat tidurnya dan sesekali menyeka airmatanya.
“Aku
rindu Bunda dan Jelita yah!” kata Randi dengan terisak. Ayah tersenyum pelan,
ayah tahu Randi sangat merindukan Bunda dan adiknya namun ayah tak banyak
tanya.
“Iya
ayah tahu, InsyaAllah setelah keadaan Oma Yanti membaik Bunda dan Jelita akan
pulang Ran!” jelas ayah.
“Tapi
kapan yah? Sudah lebih dari seminggu Bunda dan Jelita ke Bandung menemani Oma,
tapi kenapa hanya Jelita yang diajak tapi Randi tidak?” protes Randi menatap
wajah ayah yang kebingungan mencari alasan yang bisa diterima Randi.
“Randi
kan sekarang sudah kelas enam, sebentar lagi ujian kelulusan.” Jelas ayah.
Randi mulai berpikir. Di dalam hati Randi mengiyakan apa kata ayah.
“Tapi
Randi kangen yah! Kangen masakan bunda, senyum bunda, pelukan bunda dan kangen
jelita yang usil plus cerewet itu.” Kata Randi.
“Iya,
ayah juga kangen. Bagaimana kalau setelah sarapan nanti kita Video call bunda dan Jelita?” usul ayah.
Mata randi perlahan bersinar. Dia kemudian segera melahap omlete yang dibuat oleh ayah.
***
“Selamat
pagi Ran!” sapa Dito sahabat Randi.
“Assalamu’alaikum
dulu dong Dit!” serobot Rindu yang tahu-tahu sudah ada di tengah-tengah Randi
dan Dito. Rindu dan Dito adalah sahabat karib Randi, mereka bertiga juga
tinggal di komplek perumahan yang sama, jadi Rindu dan Dito tahu kalau bunda
dan adiknya Randi pergi ke bandung menemani Oma Randi yang sedang sakit.
“Pasti
kamu kangen Bunda dan Jelita ya?” tanya Rindu sambil meletakkan tasnya di
bangku.
“Kamu
kok tahu?” tanya Randi tidak mengerti.
“Iya,
kemarin setelah kamu Video call
dengan bunda dan Jelita, adikmu telepon aku dan menyuruh aku agar menghiburmu
jika kamu sedih. Hayooo, kemarin kamu menagis kan waktu video call dengan bunda?” ledek Rindu.
“Ihh,
siapa sih yang menangis?” elak Randi yang kemudian pergi mengajak Dito keluar
kelas meninggalkan Rindu yang cemberut karena dicuekin.
“Ya
sudahlah, mungkin Randi malu ketahuan menangis. Hihi. Dasar cowok!” gumam
Rindu.
Kriiing...
tak terasa bel istirahat berbunyi. Para murid sekolah dasar Ar Riyadh segera
berhamburan keluar kelas dan segera menuju ke kantin. Seketika kelas sepi,
hanya terlihat beberapa murid yang tinggal di kelas termasuk Randi dan kedua
temannya.
“Kalian
tidak jajan ke kantin?” tanya Rindu pada Dito dan Randi yang duduk di belakang
bangku Rindu.
“Kebetulan
uang jajanku tadi ketinggalan di rumah” jawab Dito sedih.
“Kalau
kamu kenapa tidak jajan Ran?” Tanya Rindu.
“Aku
malas makan, aku kangen masakan bunda.” Jawab Randi. Dito dan Rindu saling
berpandangan. Mereka mengerti perasaan Randi, tapi mereka tidak tahu harus
bagaimana agar Randi tidak sedih.
“Tapi
kamu harus tetap makan Randi, kan kasihan kalau bunda dan Jelita melihat kamu
jadi kurus ketika video call.” Hibur
Rindu. Rindu kemudian mengeluarkan kotak bekal dari laci bangkunya.
“Semalam
aku dan bunda membuat rainbow cake
lho! Rasanya enak! Ayo dimakan, aku sengaja membawakan untuk kalian!” kata
Rindu sambil menyodorkan kotak bekal berisi beberapa potong rainbow cake.
Randi
terlihat enggan, namun tak tega dan tak ingin melihat rindu bersedih diapun
akhirnya mengambil satu potong rainbow
cake, sedangkan Dito yang gendut dengan lahap menghabiskan potongan
pertamanya dan hendak mengambil potongan kedua. Randi dan Rindu hanya tertawa
melihat Dito yang hobi makan itu.
“Oh
ya, minggu depan kamu kan ulang tahun Ran!?” tanya Rindu tiba-tiba.
“Iya.
Tapi sepertinya ulang tahunku kali ini sepi. Bunda dan jelita kan sedang di
bandung.” Jawab Randi sedih.
“Jangan
sedih begitu dong Ran, mudah-mudahan saja Oma segera pulih sehingga Bunda dan
Jelita bisa pulang” hibur Dito dengan mulut yang penuh.
“Huss,
kamu itu! Habiskan dulu makananmu baru deh bicara!” sahut Rindu. Dito dan Rindu
kemudian terlibat perang kecil, Randipun kemudian tertawa melihat ulah kedua
sahabatnya.
“Ha
ha ha, gitu dong Ran. Senyuuum, baru deh kamu begini!” kata Rindu sambil mengacungkan
kedua ibu jarinya.
***
Beberapa
hari menjelang ulang tahun Randi yang jatuh di hari minggu, Randi terlihat
tidak bersemangat. Baik di rumah maupun di sekolah Randi terlihat murung.
Walaupun ayah menjanjikan sebuah pesta kecil untuknya di sebuah rumah makan
favorit Randi, Randi tetap saja murung.
Aku hanya ingin ada bunda dan Jelita!
Ketika
pagi hari di hari ulang tahun Randi, Ayah pamit keluar untuk mempersiapkan
pesta di rumah makan Pelangi Keluarga. Ayah berpesan agar Randi segera mandi
dan bersiap-siap ke rumah makan bersama Rindu dan Dito yang akan menjemputnya
pukul delapan.
Dengan
malas Randi bangun dari tempat tidurnya dan berjalan ke kamar mandi. Setelah
selesai mandi, Randi memakai baju yang sudah ayah siapkan di atas meja belajarnya.
Tiba-tiba Randi meneteskan airmatanya. “Apalah arti pesta ulang tahun tanpa
bunda dan Jelita?” kata Randi sambil terisak.
Ting
Tong Ting Tong
“Assalamu’alaikum
Randy!” teriak Dito dan Rindu bersamaan. Randi kemudian bergegas menyeka airmatanya
dan berlari ke pintu depan.
“Iya,
iya sebentar! Wa’alaikumsalam!” jawab Randi sambil membuka pintu.
“Ayo
berangkat!” ajak Rindu. Mereka bertigapun segera berjalan menuju keluar rumah.
Namun tiba-tiba Randi melihat kotak surat milik keluarganya terbuka, Randi
kemudian melihat ada sebuah kotak kecil dan sepucuk surat di dalam kotak surat.
Untuk
Randi.
Itu yang
tertulis di kotak kecil berwarna biru yang terikat bersama sepucuk surat yang
berwarna sama. Tanpa ba bi bu, Randi membuka kotak kecil itu dan membaca surat
itu.
Selamat
Ulang Tahun kakak Randi.
Semoga
panjang umur dan selalu sehat ya!! Ini surat dari jelita, ya walaupun bunda sih
yang menulisnya. Hehehe.
Jelita
dan bunda kangen sama kakak Randi, maafkan kami ya karena tidak bisa merayakan ulang
tahun kakak. Doakan Oma lekas sembuh ya kak, agar kita bisa kumpoul lagi.
Salam
sayang dari adikmu yang cantik. :)
Oh
ya, jangan lupa jam tangannya dipakai ya. Itu Jelita yang pilihkan lho, tapi
bunda yang bayar. Hihihi.
Randi
kemudian memakai jam tangan yang dibelikan bunda dan jelita, kemudian mereka
bertiga naik taksi yang sudah dipesan oleh ayah menuju ke rumah makan.
Sesampainya
di rumah makan Randi disambut oleh Ayah dan beberapa teman sekolah Randi.
Sesampainya di dalam rumah makan Randi disuruh meniup kue dan membuat satu
permohonan.
“Apa
yang kamu minta Ran?” tanya Ayah.
“Aku
berdoa semoga Oma segera pulih sehingga bunda dan Jelita segera pulang” jawab
Randi.
“Aamiin”
serentak teman-teman Randi dan ayah meng-aamiini doa Randi.
“Oh
ya, mari kita buka kadonya!” kata Ayah.
“Baik
yah!”jawab Randi.
“Dimulai
dari yang paling besar saja Ran!” usul Rindu sambil tersenyum ke arah ayah Randi.
“Wahh,
besar sekali kado ini! Dari siapa ya ini?” tanya Randi pada Ayah. Randi
kemudian menanyakan kepada teman-temannya siapa yang membawa kado yang super
besar itu. Namun teman-temannya tidak ada yang mengaku.
“Misterius
sekali” gumam Randi
“Sudahlah,
sekarang coba kamu buka!” perintah Ayah. Perlahan Randi membuka kotak kado yang
ukurannya satu kali satu meter itu. Setelah terbuka tiba-tiba...
“Surprise!!!” Tiba-tiba Jelita muncul
dari dalam kardus sambil menunjukkan tawanya yang khas.
“Selamat
ulang tahun kakaakk!” ucap Jelita dengan semangat. “huuh, kakak kelamaan nih
buka kadonya Jelita kan kepanasan, ayah juga sih! Lubangnya kurang besar jadi
kan panas banget di dalam!” gerutu Jelita.
“Selamat
Ulang Tahun Randi” kata Oma dan Bunda yang tiba-tiba muncul dari dalam rumah
makan. Oma Yanti duduk di atas kursi roda yang Bunda dorong. Randi masih melongo
di tempatnya.
“Kak!
Kaaakk!! Kok malah diem sih?” tanya Jelita. Tiba-tiba terdengar isakan, semua
menoleh ke arah Randi yang terisak.
“Lho
kok malah nangis? Tidak senang ya bertemu bunda, Jelita dan oma?” kata bunda
sambil memeluk Randi.
“Ran,
Randi bahagia Bunda...” jawab Randi sambil membalas pelukan bunda.
“Ihh,
cowok kok nangis sih?” celetuk Rindu, wajah Randi memerah karena malu dan
kemudian menyeka airmatanya.
“Sudah-sudah
hari ini kan hari ulang tahunnya Randi, kok malah nangis sih yang berulang
tahun” kata Ayah.
Bunda
kemudian meminta maaf kepada Randi, sebenarnya Oma sudah membaik seminggu yang
lalu dan bunda berencana pulang secepatnya tapi jelita tiba-tiba memiliki ide
untuk ngerjain kakaknya. Bunda juga berjanji tidak akan pergi lagi, karena sekarang
Bunda akan merawat Oma di rumah sehingga tidak perlu ke Bandung lagi.
Randi
kemudian terlihat ceria lagi, dan dia memaafkan bunda serta adiknya.
“Sekarang
ayo saatnya kita potong kuenyaaa!!” celetuk Dito semangat.
“Ayooo!!”
sahut Randi dan Rindu bersama-sama.
“Lho,
lho... keluarin Jelita dulu dong!!” teriak Jelita. Semua menoleh ke arah Jelita
yang masih berdiri di dalam kardus sambil cemberut.
“Ha
ha ha, kamu disitu aja dek! Suruh siapa ngerjain kakak” seru Randi sambil
tertawa. Ayah, bunda, oma dan teman-teman Randi semua tertawa melihat Jelita
yang berpipi tembem itu cemberut.
“Sini
sini Ayah bantu” sahut Ayah sambil mengangkat tubuh Jelita dari dalam kotak.
“Ayo
berpesta!!” celetuk Jelita.
“Ayoo!!!”
No comments:
Post a Comment