Friday 26 May 2017

Alhamdulillah, SAH!

Pasuruan. Jum'at  12 Mei 2017

Semenjak hari kamis, kesibukan makin menjadi di rumahku dan juga rumah calon suamiku. Entah mengapa, aku selalu saja was-was dan merasa khawatir yang berlebih. Aku pernah mendengar, bahwa hari H pernikahan bisa saja gagal bahkan disaat Ijab Qabul akan terlantun di menit-menit terakhir. Mungkin saja ini memang sifat burukku atau mungkin saja aku terkena phobia ataupun kecemasan berlebih. Ya Rabb, semoga saja semua akan baik-baik saja! Doa tak henti aku lafadzkan.

Menjelang petang hari di hari kamis, aku makin tak bisa diam. Walau ibu dan beberapa rekannya yang membantu di rumah terus saja menyuruhku diam tanpa melakukan aktivitas. Tapi, bukan aku namanya! Aku tak enak jika pekerjaan yang menumpuk dengan jumlah orang yang mbiyodoh hanya beberapa saja yang hadir membuat aku melakukan pekerjaan apa saja yang bisa aku lakukan. Apalagi di hari kamis pagi itu, kami sangat syok dengan kedatangan keluarga dari Malang yang berbondong-bondong. Bagaimana tidak gupuh? Karena makanan dan kue belum ada yang matang. Astaghfirullah! Namun, Allah selalu memberi kami jalan. Akhirnya para saudara dari pihak ayahku itu disuguhi makanan apa adanya, adik dan ibuku pun akhirnya riweh juga hunting kue di toko kue terdekat. hihihi. Kalau diingat kembali terkesan lucu dan MashaAllah...

Menjelang malam, ada saja yang membuat hatiku tak tenang. Kali ini datang dari adikku, dia keberatan atau takut jika masih saja calon suamiku meminta pengucapan ijab qabul berbahasa arab. Dan akhirnya aku terus saja menghubungi calon suamiku (Padahal dia sedang berusaha 'memingit' dirinya, hihi :D)

"Yahh.. akhirnya komunikasi deh! Padahal kan katanya orang H-1 kita tak diperbolehkan berkomunikasi!" kata calon suamiku. Aku hanya terbahak di dalam hati.

Malam mendekati larut, sebisa mungkin aku mencoba terpejam karena sakit di punggung ini sudah tak mampu lagi aku menahannya. Walaupun riuh diluar makin menjadi, aku hanya bisa terus dan terus memaksakan diri agar terpejam. Berbahaya kan jika di hari H aku malah pingsan!? Menjejak dini hari, aku terbangun di pukul tiga pagi. Dan sekali lagi kepanikan menghapiri diriku. Biyodoh-biyodohku terlihat sangat kelelahan, namun tak sedikit yang masih terjaga dengan guratan lelah di wajah mereka yang terlihat. Akhirnya aku turun tangan kembali menyiapkan berkat yang akan dibagikan selepas acara walimah nanti. Namun sekali lagi aku harus menahan diri untuk memforsir tenaga, ya! Hari ini aku HARUS FIT! Ini adalah hari yang sangat bersejarah untukku, dan aku berharap acara  ini berjalan dengan sakral.

Menjelang subuh, perias pengantinku sudah datang dan akupun kembali kelabakan. Bergegas aku pergi ke kamar mandi dan membiarkan beberapa berkat  yang aku garap memandangku getir. Di dalam kamar mandi aku mencoba menenangkan diri dalam guyuran air yang mendingin.

"Pengantin lelakinya sudah berangkat belum? Sudah sampai mana?" sebuah pesan di whatsapp makin menambah kepanikan dan rasa gugup yang membekap dada.

Bergegas aku menghubungi calon suamiku dengan sesekali melirik ke arah jam untuk memastikan apakah walimah ini akan berjalan sesuai dengan rencana. Benar saja, jam memunjukkan pukul delapan kurang. Padahal tetamu sudah dari tadi hadir dan mulai membaca diba'. Aku makin tiada dilanda ketenangan.

"On the way..." balasan pesan dari calon suamiku menenangkan aku.

Namun, sekali lagi... waktu berjalan seolah melambat. Dari Bangilan ke Warungdowo selama itukah? Aku hanya bisa beristighfar untuk memperoleh kembali ketenangan. Dan saat yang dinantikanpun tiba... Terdengar hening sesaat, aku mengira Pengantin lelaki tengah memasuki ruangan. Tak lama kemudian Perjanjian yang kuat itupun terdengar setelah didahului oleh khutbah nikah yang disampaikan dengan bahasa Arab yang indah... MasyaAllah... Perasaan ini seketika menjadi lapang...

Adikku mewakilkan dirinya sebagai wali kepada pihak KUA, dengan memakai bahasa Arab dan sekali nafas itu kini statusku berubah menjadi seorang Istri dari seorang lelaki yang bernama M Ainun Naim. Barakallahu lakuma wa barakallah alaikuma wa jama'a bainakuma fil khoir...

Tak lama kemudian pintu kamarku terbuka, dan terlihatlah wajah suamiku. Berhias kalung untaian melati dengan gagah dia menghampiriku untuk menyerahkan uang Mahar. Melalui beberapa bidikan dari kakak-kakakku dan kakak suamiku dengan maksimal aku menahan malu dan menekan dentuman halus yang aku rasakan di dadaku.

Setelah menghitung uang mahar, akupun diarahkan untuk mencium tangan suamiku dan suamiku juga diarahkan untuk mencium keningku. Sesungguhnya aku malu, namun kelegaan hati ini menekan semua rasa malu. Setelah prosesi cium tangan dan kening, aku diarahkan untuk menandatangi surat nikah yang dipersiapkan pihak KUA. Akhirnya kami mutlak SAH menurut Agama dan juga Negara. Alhamdulilah. Dilanjutkan dengan dokumentasi sebentar, kemudian kamipun berpisah... Berat untuk melepaskan lelaki yang baru saja sah menjadi suamiku ini. Namun, dia memang harus kembali ke rumahnya dan nanti akan datang kembali bersamaan dengan prosesi lamaran.

Selepas sholat jumat, aku kembali dirias. Berdebar hati ini saat diberitahu rombongan  pengiring manten sudah berkumpul di depan rumah dan dengan perlahan aku berjalan ke depan untuk menyambut rombongan. Aku kemudian mencium punggung tangan suamiku, dan suamiku mencium punggung tangan ibu mertuanya. Kamipun kemudian didudukkan di pelaminan. Menyimak tiap kekata yang disampaikan kedua belah pihak keluarga, dengan saling bertukar senyuman kami berdua menikmati tiap detik kebersamaan kami.

Namun, ada satu adegan yang menerbitkan tawa. Ya, cincin nikah kami ketinggalan! Hihi, beberapa terdengar selentingan "Apakah cincinnya kesingsal  atau jatuh ditengah jalan?"  Tapi pihak mempelai lelaki memastikan bahwa sepasang cincin dan gelang itu memang tertinggal di dalam lemari. helaan napas lega kemudian mendominasi. hihi... sempat kecewa namun hanya sekilas... Merasakan kehadiran lelaki yang ditunggu yang tengah menggenggam tanganku membinasakan semua gelisah.

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

Acara kami berjalan dengan lancar hingga malam menghampiri.
Terimakasih ya Allah, telah memudahkan tiap proses dari awal perjumpaan kami hingga saat ini.
Berkahilah pernikahan kami, Ya Rabb...

Aamiin...

No comments: